Luka

Hari ini Ramadhan. Melihat status dari blackberry messengerku,  teman-teman dari kampus yang lain sudah pada pulang kampung dan menghabiskan Ramadhan pertama dengan keluarganya. Sementara aku, sore ini berjalan pelan ke kos sambil menenteng satu plastik gorengan dan satu plastik es koteng.

Kampus ku memang belum libur semesteran. Ujian akhir semester saja belum. Mana perduli pihak kampus bahwa Ramadhan pertama adalah momen penting untuk keluarga. Yang penting semua berjalan lancar sesuai kalender akademik yang telah di buat dari awal. Beberapa fakultas yang menerapkan sistem blok, tidak mengikuti kalender kampus sudah menyelesaikan ujian-ujian sehingga mahasiswanya bebas dari beban perkuliahan dan dapat menjalani liburan selama bulan Ramadhan. tapi tidak dengan Fakultasku yang sangat patuh dengan pihak kampus.

Sejak 3 hari sebelum Ramadhan, Umi bolak-balik menelpon ku bertanya apakah aku akan pulang pada Ramadhan pertama. Berat hati dan menahan tangis aku jelaskan pada Umi bahwa aku harus masuk 3 mata kuliah pada Ramadhan pertama. Belum lagi hari kelima Ramadhan aku harus mengikuti ujian akhir semester. Aku mengatur suara ku sedemikian rupa agar Umi tak curiga bahwa aku sedang kangen sekali dengan beliau. Maklum, ini Ramadhan pertama tanpa Umi. Padahal tahun lalu kami kehilangan Abi. dan tahun ini aku tak ada di sisi Umi.

Kos ku sudah dekat. Aku sudah lemas sekali karena tidak sempat sahur tadi pagi. Biasanya Umi yang membangunkanku untuk sahur pertama. Tinggal menyebrang aku sudah masuk ke gang menuju kos ku. Ah, teman sekamar ku pun dua hari lalu sudah pulang kampung. sementara aku...

"ADHAAAN!" sekilas aku mendengar seperti suara Bang Fajar, murabbiku meneriaki ku dari belakang.
*****
"Astagfirullah dek, Ramadhan! Ramadhan!" Fajar memeluk tubuh adik asuhnya yang bersimbah darah. Orang-orang langsung mengerumuni Fajar dan Ramadhan. Sementara mobil yang menabrak Ramadhan langsung kabur. Dan orang-orang kebanyakan mengupat marah pada mobil yang melarikan diri itu. Fajar walau kalut ia masih bisa berpikir lurus. ia meraih pergelangan tangan Ramadhan untuk mengecek nadinya. tak dapat di rasakannya, ia sedikit menekan jarinya pada leher Ramadhan. sudah tak ada sedikitpun denyut disana.
"Innalillahi wa innailaihi Ra'jiun...." Fajar menangis sambil mengusap pelan wajah Ramadhan. Darah ikut melekat di telapak tangannya. Orang-orang menatap iba. beberapa mendekap mulut mereka. beberapa lagi menelpon meminta bantuan. dan beberapa malah memotret.

Darah,gorengan dan air es koteng berserakan di jalan mejelang buka puasa pertama Ramadhan kali ini.

#NULISRANDOM2015

1 komentar:

Kalau ada yang ga bagus tolong dikasi tau ya, biar penulis bisa menyempurnakan tulisannya :)
kalau ada ide lanjutan cerita juga di terima...
Makasih :D

Tags