DIALOG HATI YANG TERLUKA

Aku benci dengan ini...
lebih baik aku mati,
atau aku tak perlu dilahirkan
atau aku tak perlu dihadirkan

Dasar bodoh!
Mengapa kau berpikir seperti itu?!

Aku jiwa yang tertekan
bisa-bisa aku gila dengan semua ini
lebih baik aku seperti..
seperti...

Seperti apa?
Kau ingin seperti orang lain?atau..keadaan lain?
Keluarga yang lain tepatnya!
aku muak di sini!

kau kira di keluarga yang lain kau akan bahagia?

*diam sejenak*
mungkin...
kau paham sekarang?
itu tergantung engkau bung!
tapi aku tak nyaman sekarang
semua menekan ku
aku seperti...boneka

jadilah boneka yang bergerak
jika begitu keadaan mu.

sudah,aku letih debat kusir dengan mu
aku pergi saja.

Tunggu! kau tak dapat pergi!
kau harus selalu meladeni ku
mengapa?
Karna kau bagian dari ku!
kau. hati ku.
..................
maaf aku melukai mu.

HUJAN

30 Desember 2013

Hari ini hujan. tak deras
hanya gerimis.sepanjang hari

aku menunggu langit berhenti meneteskan hasil uap dari bumi.
aku menunggu hingga awan tak menyembunyikan langit.

dingin. sampai masuk angin.
menusuk tulang.

kamar dingin yang ketika hari panas kamarku tetap dingin
ditambah hujan dan semilir angin aku menggigil.

jam demi jam berlalu
hujan tak kunjung berlalu

kulit merinding
gigi bergemelutuk

jiwaku ikut mendingin
tubuh ku memebrontak mencari kehangatan

ku tunggu juga angin berhenti
ku nanti juga gerimis usai

Hari ini hujan. tak deras
hanya gerimis.sepanjang hari

di penghujung tahun.

aku. diam dalam dingin.

Kalau saja Hati berbicara Tanpa perantara

Coba saja hati berbicara di dunia nyata
ia akan berkata yang sebenarnya
tanpa melewati otak yang memproses
tambah kadang di mulut malah jadi sedikit stress

Coba saja Hati berbicara sendiri
mungkin dia akan marah ke pada mulut yang suka seenaknya
karena mulut bersekongkol dengan otak
untuk menutupi kebenaran secara serempak

Coba saja Hati berbicara apa adanya
dan mulut menyampaikan bukan ada apanya
otak pun tak mencampuri urusan keduanya
andai saja..

kadang merasa sang Hati sakit
Kadang merasa sang hati meluap-luap gembira
Kadang merasa sang hati kacau ria
tak tahu sedih atau bahagia

Apalagi jika hati jatuh cinta
aduh,mulut kelu rasanya
otak beku karenanya
hati memonopoli semuanya

Kalau saja hati berbicara tanpa perantara
aku tak perlu menebak maunya apa
kadang sang hati suka main sendiri
mempermainkan aku dan fisikku yang lemah akan dilema sang hati

Kalau saja hati berbicara tanpa perantara.
aku pasti sudah di akhirat sekarang!!

Menghilang

Ini bukan tentang aku dan kamu
tapi tentang dia dan kamu
aku bingung ingin mengadu
aku takut kehilanganmu

kita tak pernah ada apa-apa
hanya teman yang saling bersapa ria
bercerita dari masa ke masa
dia bilang, aku harus membagi masalahku padanya

Jika Saja Fajar Lebih Cepat Terbit

Jika Saja Fajar Lebih Cepat Terbit
"Cerpen Remaja"

“Jar,pulang sama aku aja ya!” Diki menawarkan tumpangan pada Fajar yang tengah berjalan ke gerbang sekolah
“Eee’eh!telat kau dik!aku udah sama Nisa hari ini!hehehe…” Fajar tertawa renyah dan menolak ajakan Diki. Tak lama, Nisa datang membawa motor bebeknya.
“Ayok Jar! Dik,deluan ya… Sori,hari ini aku yang jalan sama Fajar!Hahaha.” Nisa tertawa mengejek kepada Diki. Fajar nyengir ke arah Diki sambil duduk menyamping di jok motor Nisa.
“Da..Da.. Diki…” keduanya berlalu dari hadapan Diki yang sedikit sebal karena tidak berhasil juga untuk pulang bersama Fajar.
*****
            Nisa tau kalau Diki menyukai fajar.  Dan ia juga tau jika sebenarnya Fajar, cewek ini tidak suka di bonceng cowok. Di boncengannya Fajar bernyanyi-nyanyi kecil. Fajar tidak cantik, jauh dari cantik. Ia tidak kaya. Pintar? Lumayan, dia atas rata-rata lah.

Ciduk Keruh Dalam Malam

Ciduk Keruh Dalam Malam - 


 Masih di malam itu tanpa tau apa-apa. berpikir tak punya masalah dan memasang wajah 'terlihat' suci dan polos.
tanpa tau apa-apa kelam hitam menyelimuti. dan malam berkata,"kau penjahatnya!"
berpikir tak punya masalah dan menganggap enteng segala hal. alunan angin membawa wangi melati mengacaukan irama jantung.
memasang wajah 'terlihat' suci tapi menyimpan banyak kemunafikan di mata orang lain. hina dina di balik kerudung yang menjadi kedok.
sungguh. Ia tak pernah tau.

Masih di malam itu tanpa tau apa-apa. Lalu angin bercerita di bawah gerimis hujan kelabu tentang mulut tajam dan suara yang menusuk hati.
tanpa tau apa-apa gerimis hanya menjatuhi Ia. menguak dan meresapi tanah di setiap tetes yang terjatuh.
lalu angin bercerita. Hal-hal yang mengganjal angin tak bisa melewati gunung tinggi.
Mulut tajam dan suara yang menusuk hati menjadi sumber. padahal Ia selalu berharap tak pernah menjadi nasi yang di bumbui, bahkan kadang bumbu itu di campur lagi. Ia tak pernah menjadi seperti itu.
sungguh. ia tak pernah mau menjadi seperti itu.

 Malam itu masih berharap ketika waktu menceritakan kisahnya semua harapan berubah menjadi kebencian. masih di satu malam ketika semua pemikiran di putar balikkan.


Ia tak pernah menyangka. Tonggaknya ternyata berayap dan menjatuhkannya dari dalam. seiring waktu tonggak itu patah dan menguak bolong yang di ulah kan oleh rayap.
Ia tak pernah menyangka. Harimau menjadi kucing dan Kelinci menjadi serigala.
Ia tak pernah menyangka. Tambah menjadi kurang dan kurang menjadi semakin berkurang.
Ia tak pernah menyangka. Menjujung tinggi langit menyentuh langit ketika pondasi meruntuhkannya.


Malam itu semua kebencian tersirat sesaat. berusaha menyalahkan yang bisa disalahkan.
Masih di satu malam ketika ia sadar bahwa ia yang salah dan harus berbenah ulang.


Fajar seperti mega mulai tersirat. semua tetesan hujan kekecewaan dan ketakuan telah tumpah ruah.



Sabtu,05 Januari 2013.
Mahdiyyah Ardhina.
Manusia Penuh Ambisi ketika kenyataan melampauinya. hidup didalam keadaan yang belum pernah di huninya.

Tags