Cerpen - Mungkin Sudah Saatnya

PING!!!


aku melihat layar smartphone ku. Ah, ada pesan penting rupanya masuk. Ku buka perlahan kunci pada layar untuk emlihat pesan. Sebelum sempat aku melihat pesan tersebut aku keburu melihat sebuah broadcast di bawahnya. 

Ah... Sulitnya melupakan.

4 tahun yang lalu

"Kanya! Kanya!"
"Apa sih Fir!" jawabku ketus sambil menoleh kearah Firman.
"Gak ada, miscall aja!"
"Ih, gak jaman banget miscall segala, mention kek, ping kek, apa kek" celoteh ku sambil terus memilah beberapa surat yang masuk ke ruang osis kami.
"Hu... sombong sementang punya smartphone...aku apalah..." Firman merengut di bangku kekuasaannya sambil memainkan bola salju kaca yang ku taruh di mejanya beberapa hari lalu.
"Ya maaf, becanda aja kok."
"Enak ya punya smartphone?"
"Gak juga, ribet. Paling yang enak karena aplikasinya banyak yang membantuku."
"oh..." 
******
"Nya... Aku naksir seseorang."
DEG
"Ci..cie.. si.. siapa" Jawabku gugup sambil menggodanya.
"Kabar-kabarnya dia suka samaku, Nya. Aku bingung, kalau aku tembak dia dia mau nerima gak ya?"
"Idih, ya coba aja. kok tanya aku"
"Misalnya kamu di posisi itu gimana, Nya?"
SERRR...
"Aku memang gak mau pacaran, Fir. Meski di tembak sama orang yang sedang aku suka"
"Oh.."
*******
Sejak percakapan kami terakhir itu, Aku dan Firman perlahan menjauh. Seiring jabatan OSIS kami telah berakhir dan di tambah kesibukan anak kelas 3, kami nyaris tak ada senda gurau seperti dulu. Aku yakin, Firman tau betul bahwa aku menyukai dia. Saat ia melontarkan pertanyaan itu jujur aku tak siap dan aku sangat takut Gede Rasa lalu aku menjadi patah hati bila yang di maksud Firman bukan aku.

"Nya! Kanya!" Hani menyikutku sambil menujuk-nunjuk ke arah gerbang sekolah. Saat itu aku dan Hani sedang menikamti es lilin di teras sekolah. Mataku pun melirik ke arah telunjuk Hani. 
DEG...
Aku melihat Firman sedang berboncengan dengan seorang cewek yang sama sekali asing. Tak pernah kulihat wajah cewek itu di lingkungan sekolah kami.
"Nya, kau tau siapa cewek itu?"
"Enggak Han"
"Kayanya itu yang lagi di bicarain anak-anak belakangan ini, Nya. Kabarnya itu pacar Firman."
"Anak mana?" Balasku, sok tegar.
"Swasta. baru dua minggu ini kabarnya."
"Oh..."
"Kamu gak papa, Nya? Ih, lagian cantikan kamu dari cewek itu. kok si Firman milih dia sih!"
"Gak lah Han, aku ini apa sih. ga ada bagus-bagusnya. suka-suka dia lah pilih siapa..."
********
Perpisahan sekolah
"Nya, Kanya! Kanya Adilla!" Teriak seseorang yang aku mengenal suaranya. aku mengacuhkannya.
"Kanya! Aku manggil tau!" Firman menarik tanganku pelan dari belakang.
"Apa sih, Fir?!" Aku mengibaskan tangannya.
"Plis, ikut aku bentar."

Aku dan Firman menuju Taman belakang sekolah. Teman-teman memberi kami privasi dan tidak mengikuti. Tapi aku memberi kode kepada Hani untuk diam-diam mengikuti kami.

"Nya, aku to the point aja. benar kamu pernah suka sama ku?"
Aku menggangguk. Firman menghela nafas panjang.
"Hh... Terus kamu maunya gimana?" Tanya Firman lagi.
"Ehm... Fir, Maaf kalau berita aku menyukaimu menyebar samapi ke telingamu. Tapi begini Fir, rasa sukaku ke kamu itu gak lebih dari obsesi ku menjadikan kamu salah satu tokoh dari novel khayalanku."
"Maksudmu, Nya?"
"Aku menyukaimu, membuat mu menjadi tokoh dalah imajinasiku tanpa berharap lebih."
"Kanya, kamu serius ngomong begitu?"
"Firman Julian, aku serius."
"Tega kamu, Nya. kamu membuatku kepikiran. Galau gak tau apa yang harus aku buat ke kamu. Jawaban terakhir kamu makin buat aku semakin kalut. Aku gak tau harus gimana. Sekarang jawaban dari kamu begini."
"Udah ya, aku harus balik ngumpul sama temen-temen sekelas."
"Nya... yakin gaada lagi yang mau kita selesaikan?"
Aku terus berjalan membelakangi Firman. Fir, aku bener-bener ga tau.
******
Dan, gak lama setelah masuk kuliah. Aku mendapat braodcast PIN Firman dari salah seornag teman. Aku menimbang-nimbang apakah aku harus meng-invite PIN nya demi memperbaiki hubungan pertemananku dengan Firman.

Sent Request

Accept

PING!!! -Firman
Ya - Kanya
Dapat dari mana PIN ku?-Firman
Dari broadcast-Kanya
Siapa?-Firman
Lupa, tadi banyak yang broadcast kontak alumni-Kanya
Ngapain kamu invite aku?-Firman
Gak boleh?-Kanya
Read.

Setelah itu aku hanya melihat Firman beberapa kali di timeline. Kami tak pernah lagi berkomunikasi apalagi bertemu. 

4 Tahun, aku tak ingin ada bayang-bayangnya lagi.

Delete contact?

Yes.

Tentang Perasaan Dan Kosongnya Hati

Rasa Sayang, salahkan menempatkannya disetiap ornag yang perduli padamu?
Rasa Cinta, Apa bedanya?
Rasa Memiliki, aku rasa tidak.

Pada kenyataannya belum ada yang sampai ke tahap itu semua.

Semua terasa sama. Seperti yang lainnya.

Mungkin, bila sedikit lebih dewasa aku akan merasakan seperti apa yang banyak orang rasakan?

Jadi, jangan tanya lagi siapa yang di hatiku.

Belajar Melepaskan

Sulit rasanya,
membiarkan perasaan yang kau sudah tau
tak mungkin ada akhirnya

namun dulu, semua perasaan yang mengakar
perasaan yang membuat inderamu mati
cinta buta itu

memonopoli perasaan sendiri
mendekati, bermimpi
berharap waktu akan abadi

ini sudah berapa lama
saat hubungan yang tak pernah dimulai ini
hilang begitu saja garis startnya

Memang sulit rasanya,
membiarkan perasaan yang kau sudah tau
tak mungkin ada akhirnya

tapi entah kenapa pikiran bodoh ini
masih berpikir ia akan kembali
kasian hati.

________________________

 mungkin agar tangan ini tak gatal menstalk akunnya
lebih baik di blok saja?
Jangan!
berdalih menjaga silaturahmi?
omong kosong.
harapanmu hanya pepesan kosong.

Yang

Yang ganteng anaknya ganteng
Yang cantik anaknya cantik

Yang Baik?
......


Puisi Malam

Merintih bergelut dalam selimut
menggeliat di tempat
berharap sisa-sisa rasa sesak kan menghilang
larut dalam peluh dan dada yang bergemuruh

lidah kelu tak mampu meneriakkan sendu
mata terpejam seakan takkan pernah lagi terbuka
gelisah tak menentu
dalam sunyi dalam sebuah rasa ragu

Malam masihlah malam
masih panjang malam ini
sepanjang malam
tak kunikmati malam kali ini

ingin ku bersimpuh bersujud
melepas teriakan malam
pada yang Maha mendengar
bahkan di keheningan malam

Sebelum itu
dan itu takkan pernah menjadi sesudah
karena ajal tanpa liku
telah hadir membebaskan sebuah arwah

Malam masihlah malam
ada lagi yang menggeliat dan bergelut
lupa akan meneriakkan ampunan
hingga ajal menjemput

Rupa

Rasa sesak ini semakin sering hadir
Mengisyaratkan rindu yang tak kunjung temu

Kehilangan mu yang sebenarnya tak hilang
Kabar ada tanpa rupa

Yang dulu menemani tak kembali
Yang dulu berbagi cerita tak ada lagi

Assalamualakum, kamu.

Aku Menyayangimu

Dalam evaporasi yang membumbung ke atmosfer
Liver ini terasa membuncah saat menatap mu
Detak tinggi diluar pengaruh pacemaker
Sayang, aku ingin merengkuh mu

Ini tak berhenti seperti kemampuan tottipotensi
Terus tumbuh dan tumbuh kembali
lebih cepat dari berkembangnya  meristem apikal
Rasa sayang yang tak bisa kusangkal

Takkan hilang meski di siram asam absisat
Dan menutup luka hati seperti asam traumalin
Bayang mu selalu terasa kasat
Tetap nyata dalam pengaruh formalin

Semoga Tuhan takkan meretriksi hubungan ini
Dan sayang ini Immortil selamanya

Untukmu, biosfer hidupku.

Room

Dont be afraid
Remember what people said
You have to to paid
Something you had get

You must to move
Dont stuck in bad mood
Everybody  have chance
Now, Les't change

If you think you have long time to life
So why you still in safe circumstances
Search for new challenge
Break in and show your competence

Who make you scare
Make them scare of you
You better than they
Make they be your kru

Go and Fighting for the world

Mega dan Senja

Bang, kenapa banyak orang yang menyukai senja?

Sesungguhnya aku jauh lebih menyukai mega

Yang memulai harapan

Yang menjanjikan masa depan

Tak seperti senja yang menutup hari

Tak jelas, remang-remang

Membuat semuanya menjadi mengambang

Waktu, rasa

Masihkan kesempatan itu ada?



Entahlah dik, aku juga tak mengerti

Aku tak mengerti kenapa burat senja seolah menyimpan banyak misteri

Lebih di banding pengahrapan dalam mega

Ada banyak tanda tanya disana

Di banding memulai,

Mungkin begini,



Orang-orang lebih suka mencari hal yang tak pasti.

Aku Menyukai mu

Aku menyukai mu

Aku menyukai rekayasa genetika yang Tuhan anugrahkan padamu

Aku menyukai cacat fisik terindah yang ada padamu

Aku menyukai aroma sekresi tubuhmu

Aku menyukai gurat membran mukosamu

Aku menyukai tutur verbal  mu

Aku menyukai pupil mata yang membesar saat kau melihat ku

Astaga,

Aku jadi ingin mengajukan permintaan padamu

Maukah kau menjadi pendonor kromosom Y untukku?

Lalu kita akan melihat rakyasa genetika terindah berikutnya dari Tuhan untuk Kita.


Jariyah

Sebelum mencipta,
Aku harus lebih banyak membaca

Sebelum mengajar,
Aku harus lebih banyak belajar

Sebelum membuat peta,
Aku harus lebih banyak berkelana,

Dan sebelum aku tua,
Aku harus meninggalkan mantra,
Untuk mereka, untuk negara, untuk dunia


Untuk amal tanpa henti, di negeri abadi

Bisu

Ada tangga-tangga nada 
yang perlahan mulai menghilang
Terhapus badai waktu dan usia
meski masih jelas berbayang

Ingin kembali di ulang
namun hasrat dan rasa tak lagi sama
bagai kayu menjadi arang
irama tak bisa kembali seperti semula

celoteh-celoteh lucu dahulu
tanpa ada penghakiman dan penuntutan
pikiran menjadi kelu
hanya bertahan dalam angan

Komunikasi
ada banyak arti kenapa aku jadi benci
semua hanya omong tanpa arti
mencari penghakiman diri

Lupakan saja, 
biar suatu saat sendirinya sadar
saat aku tak lagi berbicara
bisu dalam sadar

OMONG KOSONG!
AKU TAK TAHAN!
AMBISI TERLALU TINGGI
KAPAN INI AKAN BERHENTI?!

INI BAGAIMANA TUHAN MENJAWAB KU

Depa demi depa ku lalui
Tersandung, terjatuh
dan terluka
sudah

Waktu demi waktu berlalu
Terlambat, terlalu cepat
dan menunggu
terasa

Tapi masa lalu takkan berganti
Masa depan juga belum pasti
aku terlalau berhati-hati
dalam meraih asa dalam mimpi

mencari-cari jawaban dalam semu
Di ruang waktu saat gemerlap meredup
Di saat suara menjadi senyap
Dalam airmata, dalam sujud terdalam

Bulan, kemarin memberiku jawaban.

Pencarian Jati Diri

Saat aku menulis ini, matahari sudah mulai terasa menusuk pori-pori. Belum siang memang, tapi kata emak-emak jaman dulu sebelum gadget menyerang pasti akan berkata "Bangun nak, sudah siang."

Entah kapan terakhir kali aku bangun kesiangan. Memulai pagi dari dini hari - sebelum sang jago berkokok-, meminta ampun dan menangis. tapi kebingungan ini masih meliputi ku.

Aku masih terus merasa gundah akan waktu yang terus berjalan. Tahun ini, istilah kerennya aku akan berkepala dua. Walau dalam penanggalan bulan umur ku 1 Rajab ini sudah 21. 

Aku, siapa?

Aku semakin bingung dan linglung, apalagi sejak saudara tempatku mengeluh dan menjadi pelampiasan ku harus berpisah. Sementara, selama ini aku hanya melihat saudaraku seorang. Saat dia pergi, aku kebingungan. 

Aku, siapa?

Tangisan-tangisan malam belum juga mendapat jawaban pasti, meski proses ini aku tau tak bisa instan, tapi tetap saja aku merasa butuh sandaran hanya sekadar untuk bercerita. Rabbi, aku yakin mendengarkan segala gundah ku. Tapi, aku yang tak peka mendengar jawabannya.

Aku semakin takut untuk tidur. Takut akan sia-sianya waktu dalam pencarian jati diriku. Tapi, walau waktu tidurku semakin singkat, tak ada pekerjaan yang dapat ku selesaikan. Malam-malamku hanya menangis pada-Nya. Lalu di lanjutkan dengan entah apa yang ku kerjakan bahkan aku tak tahu apa yang bisa ku kerjakan dalam kondisi seperti ini.

Menurutku isitlah Men sana in corpore sano adalah salah untuk diriku. Entahlah untuk orang lain. "Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat"? Huh! Sampai di tinggal saudariku terakhir aku sehat bugar. Lalu, entahlah apa yang terjadi. Aku sakit dan terus berlajut sampai sekarang. aku tak mengeluhkan sakitku karena yang ku percayai sakit akan mengangkat dosa kita. Aku tetap menjalani aktivitas ku seperti biasa.

Aku, siapa?

Sebelumnya aku selalu berhati-hati ketika melakukan pengerjaan di laboratorium. Namun sudah seminggu ini aku terus-terusan melakukan kesalahan. Memecahkan alat praktikum hingga menumpahkan larutan. 

Badan ku rasanya babak belur. lebam-lebam. Karena pecah konsentrasi aku nyaris mencelakakan teman-temanku. Esoknya, aku kembali 'terbang' bebas dan sukses membuat rusak permanen pada kendaraan ku.

Aku, siapa?

Salah seorang teman ku berkata "Kau hanya tak bisa mengeskpresikan perasaanmu dengan jelas dan jujur pada orang yang belum kau percayai. Bahkan sahabatmu sendiri belum kau anggap sahabat. sampai sekarang kau masih lebih percaya pada saudarimu bahkan di banding orangtua mu. 
Kau harus sembuh. Cobalah mencari seseorang yang lain. Coba percayaiku kalau kau tidak keberatan"

Aku, siapa?

Tak ada yang tau. bahkan aku sendiri. Kemana arahku, kemana langkahku. Aku harap, ini minggu terakhir aku lepas dari penyakit psikis ini.

Koyak

Masalah hidup terkadang amat menyakitkan
hal yang sebenarnya bisa diraih terpaksa terhenti
karena pagar tinggi yang terbangun spontan
untuk menghancurkannya butuh setengah tahun lagi
sementara ibu dan ayah akan datang pekan depan

Bila mereka tau
aku hanya mampu menangis
menelan pahit
ancaman dan tekanan
hanya itu yang kuterima

Lembaran-lembaran rupiah yang berdarah
mengucur dari keringat tanpa rupa
dalam hati semua, aku juga mereka gelisah
akankan kehidupan ini terus berjalan bahagia?

Hati ku sedang tekoyak-koyak
siapa sangka di balik topeng yang ceria
sensitifitas perasaanku tinggi beriak
alter ego yang menjadi rahasia

Seseorang, Aku butuh bersandar
Pada Tuhan aku meminta.


Sajak-Sajak Kehidupan

Sajak-Sajak

//Kadang aku terlalu takut merindu/
Bagaimana bila ia tak tersamarkan saat bertemu//

//Kadang aku terllau takut untuk kembali/
Kembali merasakan jatuh cinta/
Merasakan saat dunia hanya ada dirimu semata/

Lalu lainnya nyaris tak berarti//

Menari Bersama Malam

Jam telah menujukkan waktu 00.00 WIB. Bukannya mulutku yang menggeliat, tapi mata ku yang masih aktif bergerak. Ku katupkan kelopak yang memiliki gen mongoloid, tapi apa daya bola di dalamnya terus bergerak tak ingin berhenti.

Kaki dan tangan ku pun mulai bergerak, mencari apa-apa yang bisa ku lakukan, yang bisa ku sentuh dan ku pereteli. Aku mencari kopi ke dapur, padahal aku tidak suka kopi. Entahlah, aku hanya ingin menyesap kopi seperti orang-orang di luar sana yang terlihat begitu menikmati kopi. Padahal, saat aku meneguk cairan hitam itu, jantungku langsung berdebar kencang dan terasa menyakitkan. Debaran itu terasa seperti menggedor-gedor ruang dadaku. Adrenalinku serasa di pacu dengan paksa. Dan malam ini, aku tak kapok juga. Jantungku terasa begitu sakit. Tapi biarlah, toh nanti 'berhenti' dengan sendirinya.

Aku masih mencari-cari dalam selimut angin malam yang menusuk. Susu. Aku suka susu. Mungkin secangkir susu coklat hangat akan menenangkanku. Bodoh, coklat memberi energi, bukan melemaskan. Seharusnya ku campur bius atau sianida biar aku bisa 'tenang'?

Sekarang 03.19 WIB. Suara dentingan tongkat yang di pukul ketiang listrik sebanyak tiga kali barusan aku dengar. Bapak ronda baru saja melewati daerah rumahku. Sudah tak mungkin lagi aku tidur, atau aku tak bisa bangun untuk pergi berhajat. Sekitar 1-2 jam lagi takkan terasa aku akan segera mendengar suara mengaji dari menara mesjid yang baru di bangun setinggi mungkin. jauh lebih tinggi dari pada tempat peribadatannya sendiri.

Kelopak mataku mulai melemas, namun mulutku tak kunjung menggeliat. Dan ragaku masih tetap aktif bergerak. Tapi ketika aku menutup kelopak. Aku tak pernah lagi melihat pagi.

Malam terlalu mencintaiku.

Review Buku Menjadi Wanita Paling Bahagia

Hai Ladies! di jaman hedonisme begini apa defenisi bahagia bagi kamu? bisa belanja apa aja, hidup ga usah kerja, punya pacar atau suami kaya raya. Sad but it's reality.

Menjadi wanita paling bahagia


Sebagian orang yang tak memiliki 3 hal itu mungkin akan mengira bahwa mereka yang memiliki itu semua telah menjadi orang paling bahagia di dunia. Sekali lagi, bahagia di dunia. Namun bagaimana kalau kita munculkan opini-opin seperti ini, 'dia takut suaminya selingkuh karena punya banyak uang, dia takut tersaingi tetangganya yang punya barang lebih mahal, dia takut kerja karena kuku-kuku perawatannya bisa rusak' terlalu banyak ketakutan dalam hidupnya. 

Lalu, bagaimana menjadi wanita paling bahagia dunia akhirat? Kamu mesti baca buku menjadi wanita paling bahagia karya dr. aidh al-qarni terbitan Qisthi press!

Begitu buka halaman persembahan langusng membuat hati ini meleleh.

Buku ini kupersembahkan,

untuk setiap muslimah yang rela Allah sebagai Tuhannya, islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai utusan Allah.

Untuk setiap wanita yang meniti jalan yang lurus dan membawa risalah kebenaran.

Untuk setiap wanita pendidik yang berjuang menegakkan supremasi risalah kebenaran, bergulat dengan nilai-nilainya, dan mensucikan dirinya.

Untuk setiap ibu yang mendidik anak-anaknya dengan ketakwaan, membesarkan mereka dengan sunnah Nabi, dan menanamkan kepada mereka benih cinta terhadap budi pekerti luhur.

Untuk wanita yang berduka:
berbahagialah dan bergembiralah dengan kemahaluasan yang begitu dekat, dengan bimbingan Allah, dengan keagungan pahala, dan dengan pengampunan dosa.

Kalimat terakhir yang membuat saya memutuskan membaca buku ini lembar demi lembar tanpa dikelang sampai selesai.

Halaman berikutnya adalah daftar isi yang memiliki bab menarik. Setiap judulnya membuat para wanita materialistis akan terhanyut menelusuri setiap judul. Begitu pula dengan saya. karena daftar isi ini bertuliskan berbagai perhiasan: Batu Permata, Batangan Emas, Kalung Emas, Permata, Berlian, Mutiara, Zamrud, Yaqut, Nilam, Cincin, Batu Mulia, Manikam, Intan, dan Kristal.

Kenapa harus perhiasan? menurut penulisnya ia ingin agar buku ini menjadi kotka harta karun yang penuh perhiasan bagi para wanita untuk memperelok dirinya dengan sebutar keindahan, kilauan kecantikan, cahaya kebenaran, yang melebihi kilatan emas bersepuh dan keindahan perak terasah. 

Namun jujur dari hati terdalam, saat saya pribadi membacanya, setipa berhasil menyelesaikan satu bab saya merasa berharga. Lalu masuk ke bab dengan nama perhiasan lainnya, saya semain bernafsu menjadikan diri lebih mulia daripada batu-batu yang di muliakan banyak orang.

Buku ini bukan buku cerita, novel, fiksi atau apalah itu namanya. Bukan juga buku motivasi agar orang bisa memperkaya diri. Bukan pula buku hipnotis yang menjadikan pembacanya berangan-angan terlampau tinggi. Dan bukan pula buku nasihat dengan petuah-petuah membosankan untuk para wanita modern. Buku ini, adalah pelengkap hidup. Pelurus akhlak, yang di sadur penulisnya dari Alqur'an, hadist, doa-doa dan sirah nabawiyah.

Setiap kalimat yang digunakan begitu romantis, menghanyutkan dan menggoda wanita mana saja. seperti kalimat pembuka ini. Ya dan Tidak

Ya

Ya untuk setiap senyum indahmu yang membangkitkan cinta dan memberikan kasih sayang kepada orang lain.

Ya untuk kata-kata baikmu yang membangun persahabatan dan menjauhkan rasa dengki.

Ya untuk derma yang membahagiakan si miskin, menyenangkan orang fakir, dan mengenyangkan perut yang lapar.

Ya untuk medaras al-Qur'an, merenung dan mengamalkan kandungannya, bertobat dan memohon ampunan.

Ya untuk dizikir dan istigfar yang banyak, memanjatkan doa dan meluruskan tobat.

Ya untukmu yang mendidik anak-anakmu dengan agama, mengajarkan sunnah Nabi dan memberi mereka petunjuk tentang apa-apa yang bermanfaatk bagi mereka.

Ya untuk rasa malu dan hijab yang di perintahkan oleh Allah. Itu adalah cara untuks elalu terjaga (dari pandangan kotor).

Ya untuk bergaul dengan wanita-wanita baik yang selalu takut pada Allah, mencintai agama, dan menghormati nilai-nilai agamanya.

Ya untuk berbuat baik kepada orangtua, menyambung persaudaraan, menghormati tetagga dan menyantuni anak yatim.

Ya untuk bacaan yang baik, dan telaha yang bermanfaat bersama dengan buku yang baik dan mengandung pelajaran.

Tidak!

Tidak untuk usiamu yang habis utnuk hal-hal yang tidka perlu: membalaskan kesumat dan berdebat kusir hal yan tak ada perlu.

Tidak untuk menomor satikan dan menimbun harta benda, hingga harus mengorbankan kesehatan, kebahagiaan hati, tidur nyenyak dan isitrahatmu

Tidak untuk selalu mencari-cari kesalahan dan menggunjing orang lain serta melupakan kesalah dan aib diri sendiri.

[........]

Lanjutan dari Tidak! masih ada 7 poin lagi yang tidak saya tuliskan karena nanti keterusan menulis satu buku. Entahlah, memabaca buku satu ini membuat saya yang sebelumnya merasa buntu karena terlalu banyak melihat hal tidak penting di smartphone menajdi memiliki ketertarikan kembali untuk membaca buku. Saya mengutip beberapa Quote yang banyak sekali terdapat pada buku berbobot ini.

Emasmu adalah agamau, perhiasanmu adalah budi pekerti mu, dan hartamu adalah sopan santun mu

Seorang wanita yang berpikir, akan mengubah padang pasir menjadi kebun yang indah.

Jangan ceritakan beban hidupmu kecuali kepada orang-orang yang membantumu dengan pikiran dan ucapan demi sebuah kebahagiaan

Ratapan tidak akan mengangkat kapal dari dasar laut

Terkadang manusia menyesali ucapannya, tapi tidak pernah menyesali kenapa dia diam

Inilah sebagian yang dapat saya tuliskan dari buku setebal 304 halaman dengan hard cover seperti novel-novel klasik. 

Selamat menjadi wanita paling bahagia!




Sebuah Rindu Tanpa Ruang

Dulu,
Di ruang waktu
Kita pernah bersama
Sebelum sukma dan raga bertemu

Dulu,
Di ruang waktu
Emosi sunyi mengartikan banyak hal
Untuk menemukanmu di ribuan semu


Mu, untuk mu yang terpisah
Kucari depa demi depa
Dalam hampa tanpa jarak
Setelah raga menapak

Mu, dalam dulu
Saat lauh mahfuzd menuliskan nama kita

Kita

Raga dan sukma telah menyatu
Segera kita kan bertemu

Angkuh

Dulu.... pujian haus kudapatkan
Dulu.... melambung tinggi dalam harapan
Kenyataan
Membungkam

Buang saja semua itu

aku terlalu angkuh meninggalkan masa lalu

Yang baru.

Keledai Bodoh

Aku seperti keledai bodoh
yang jatuh pada lubang yang sama

aku hanya berusaha untuk percaya
salahkah?

Terperdaya
atau aku yang memang terbiasa?

siapa tuan dari keledai bodoh itu?

Empty room, 6 Febuary 2016

Heart Attack

Hai dunia, apa kabarmu?
Di berita katanya kau semakin memburuk saja
Aku tak perduli
percuma, tiada solusi
karena pada akhirnya aku akan mati
dan hanya jasad yang ku tinggalkan disini



Hai dunia, mengapa kau jadi sekejam ini?
mungkin kau membalas perlakuan kami
manusia-manusia keji
yang lupa diri
sehingga bencana beruntun kau limpahkan di permukaan bumi




Hai dunia, bolehkan aku meminta?
walau aku tahu tak pantas meminta pada dunia
seharusnya aku meminta pada yang Kuasa
Namun raga ku, seolah kepadamu memuja

Hai dunia, lembutlah sedikit untukku
akhir-akhir ini aku semakin kacau
rapuh dalam sendu

Hai dunia, Hai dunia
Hai dunia

Selamat Tinggal

Cerpen - Suatu Hari di Dunia Peri

HHAH!
Pagi itu aku bangun dengan dada yang terasa sesak. Sebuah mimpi. Bukan mimpi buruk sebenarnya tapi ini membuatku menjadi buruk. Aku memimpikanmu....

Tiba-tiba aku berada dikolam peri bersamamu. Harum lumut semerbak merasuk ke jalur pernapasanku. Airnya berwarna biru cerah meski atap langit ditutupi rimbunnya daun semak liar. bebrati ini bukan pantulan dari atap bumi, namun alga biru memancarkan sekresi dari permukaannya. Substrat pasir menggelitik dua pasang kaki telanjang yang bernaung di atasnya. Kita bersama hanya berdua di bawah langit Tuhan yang berkuasa.

Bersama tanpa suara hanya hembusan angin yang berbicara. Kicau burung bergema dan gesekan daun menjadi musik yang memanjakan telinga. Tanpa saling tatap kita berjalan menuju arah yang sama.
Pic by: Soraya Pertiwi

Sebuah kursi tua yang terlihat lapuk menjadi pilihan. Dingin serasa menusuk tulang belakang. Bersamamu semua menjadi terasa hangat. Kita masih diam seolah terikat menjadi bagian dari tumbuhan yang tak bergerak. Aku masih menunggu kemana alur mimpi ini berlanjut.

Hmmmm....

Sebuah tarikan nafas berat.

"Sadarkah kau ini sebuah mimpi?" Tanyamu tanpa menoleh kepada ku. Aku menggangguk pelan sambil memain-mainkan kaki ku, menendang-nendang udara.
"Sial, aku pun sadar ini mimpi. Berarti saat kita terbangun kita akan tahu bahwa kita terjebak di mimpi yang sama."

Aku menoleh cepat dan secara bersamaan kamu juga menoleh.

"Mak, maksudmu ini benar-benar kamu dan sekarang kamu sedang berbaring di tempat lain?" tanyaku sedikit tergagap.
"Bila responmu seperti itu, berarti ini benar adanya." Jawabmu lalu kau lanjut. "Aaaaah.... dari semua wanita dalam kehidupanku kenapa aku harus terjebak dengan teman masa kecilku yang merusak persahabatan dengan sebuah perasaan sesaatnya?"

"Apa maksudmu dengan sebuah perasaan sesaat? dan kenapa kau bisa berbicara selugas itu? selama ini kau tak pernah mengatakan hal yang akn menyakiti perasaanku!"

"Mimpi ini tak nyata, dan aku juga hanya berbicara dengan imajinasi yang ku bangun dalam perasaanku. Ayolah, tidak mungkin benar ada orang yang terjebak di mimpi yang sama apalagi di tempat seindah ini. Aku membangun dunia khayalku sendiri. Dan kau juga berada dalam khayalanku."

Bulir mataku hampir jatuh setelah kata-katanya menguasai perasaan yang telah kukubur dalam tempo dulu.
"Ba..baik kalau menurutmu aku adalah khayalanmu, setelah aku menyatakan perasaanku dulu ada yang kau rasakan?"
"Sakit!" jawabmu keras.
"Harusnya sejak dulu dirimu sadar bahwa tak mungkin seorang perempuan dan lelaki yang bersahabat dari kecil tak punya perasaan ingin memiliki sedikitpun. meski ada peluang hanya bertepuk sebelah tangan tapi tolong jaga perasaanku! segampang itu kau pergi dengan lelaki yang belum tentu tidak akan menyakitimu!"

Sudah. Jatuh sudah air mata ku.
"Aaaah dan kini khayalanku menangis. Aku yang membuatnya menangis. Baguslah, selama ini aku hanya menghetikan tangisan mu yang disebabkan orang lain."

"Dimana?" tanya ku parau.
"Apanya?"
"Sekarang kau ada dimana?"
Kau terdiam sejenak.
"Disini. Aku disini. Sampai lusa."
"Baik, aku akan mencari tempatmu dan menemuimu esok. Mimpi ini sudah usai. Saat kita terbangun kita akan terjebak lagi di dunia nyata."
******
"RAKA!"
"Ri..sa? Risa!" 
Aku berlari menjejaki pasir sungai yang diselimuti alga biru. dingin yang sama, gema kicau burung yang sama dan musik dari gesekan daun yang sama. Dan aku menghambur ke pelukan Raka yang menghilang dari pandanganku selama 2 tahun.

"Bagaimana bisa kau menemukan tempat ini?" tanya Raka sambil mendekapku erat.
"Peri yang menuntunku kemari."

Tags