Lagi-lagi Tulisan Tentang Hati
Cerpen Mencuri bayang dalam kiasan
Contoh puisi bahasa inggris "Poetry Another Story at Sunday Night"
Kau Tak Sempat - Cerpen
Entah apa yang sedari tadi aku lakukan di kamar. Men-scroll keatas dan kebawah lalu mengklik sembarang pada layar laptop ku. Sesekali mengesap kopi hitam dengan tangan kiri ku. Ah, kalau dia tau, pasti ia akan mengomeliku dengan tulisannya yang khas.
‘Tangan kiri itu tangannya setan loh,Bang’
Tapi, mana mungkin dia bisa tau aku minum pakai tangan kiri sekarang. kalau aku tak memberitahunya. Bertemu saja belum pernah. Tapi, aku sudah mengenalnya jauh lebih dalam dari orang-orang yang setiap hari bisa bertemu langsung dengan dia. Keluarga, teman-teman, kesehariannya, tempat tinggalnya, sampai tipe orang yang disukainya pun aku tau.
“Tok,tok”
“Siapa?masuk aja gak di kunci.” ujar ku tanpa menoleh ke arah pintu.
“Krieet” terdengar pintu kamar ku di buka.
“Eru nih bang, abang ada kertas HVS? HVS Eru habis bang.”
“Punya Galih?” Tanyaku sambil mengambilkan beberapa lembar HVS dari laci meja.
“Tinggal dikit bang, dia pun malam ini mau nge-print tugasnya juga, takut gak cukup katanya.” Eru menerima kertas dari ku. “Makasih ya, Bang.” Eru segera beranjak pergi namun ekor matanya menatap sesuatu di rak bukuku.
“Eh,bang? Undangan siapa nih bang?”Eru menujukkan undangan itu lalu meletakkannya di sebelah cangkir kopiku. “Temen jauh.” Kata ku singkat.
“Tapi alamatnya dekat kok ini bang. Masih satu kota nya. Apanya yang jauh? Abang ini la, hahahaha. Eh,aku boleh ikut gak bang?lumayan makan enak di bulan tua,hehehe.”
“Boleh.”Jawab ku pendek.”Tapi jangan ajak Galih ya. Dia malu-maluin kalo di bawa ke pesta.”
“Hahaha,oke deh bang!Aku balik ke kamarku dulu ya. Makasih HVS nya!” Eru pun keluar dan menutup rapat kembali pintu kamar ku. “Yo” jawab ku pelan. Entah di dengar Eru atau tidak.
Lagi, aku menyeruput habis kopi hitam ku dan melirik undangan itu. Perkenalan ku dengan dia 4 tahun yang lalu,terlintas di ingatanku.
***
Umur ku 22 ketika aku sibuk berkutat dengan skripsiku. Sudah jalan 1 bulan dari aku memulai tugas akhir ini. Selama 6 bulan terakhir aku fokus kepada kuliahku. Aku harus segera menyelesaikan pendidikan ku dan kembali ke kampung halamanku untuk menerapkannya. Yah,dimana lagi bisa aku aplikasikan ilmu pertanian ini kalau tidak di lahan bapakku?
Semula aku tidak percaya apa kata orang-orang betapa jenuhnya mengerjakan skripsi. Tapi sekarang aku baru merasakannya. Berbeda dengan kuliah setiap hari, saat skripsi aku serasa terisolasi dari manusia. Temanku berganti jadi Buku-buku tebal,catatan penelitian,tumbuhan di lahan penelitianku, jurnal orang lain dan laptop yang sudah menemaniku dari semester 1. Paling manusia yang ku temui selama sebulan ini hanya petugas perpustakaan,petugas adminitrasi kampus dan dosen pembimbingku.
Iseng aku Me-Minimize dokumen skripsi ku dna membuka Blog yang sudah tidak kuisi lagi kurang lebih selama setahun. Viewer nya jauh menurun dari masa-masa ketika aku rajin mem-posting tulisan pada Blog ku. Posting terakhirku bercerita tentang salah satu jenis tanaman yang dapat merusak tanaman lain. Dan aku lihat komentar yang masuk. Entah kenapa aku tertarik dengan salah satu komentar,
‘ah,seperti manusia ya. Kelihatannya warnanya sama tapi dia bisa mengubah warna orang lain. Layaknya tanaman yang berwarna hijau semua ttapi salah satu yang hijau dapat membuat tanaman lain coklat alias kering.’
Dahi ku mengkerut.’filosofis banget ini orang’ pikirku saat itu. Aku klik namanya yang tertuilis di kolom kometar. Dia memakai nama user ‘Bintang’. dan internet membawa ku menuju profil Blognya. Lalu aku membuka Blognya.
BINTANG.
KADANG TAK TERLIHAT TAPI TETAP BERSINAR.
Aku melihat-lihat postingannya yang baru berjumlah 4 post. Aku rasa dia baru punya Blog. Dan aku membaca psotingannya yang terakhir. Ternyata dia seorang mahasiswi baru di salah kampus yang terletak di kota yang sednag aku tinggali sekarang ini. Dia mahasiswi jurusan filsafat. Pantas saja bahasanya sedikit aneh, ternyata memang dia mengambil salah jurusan yang cukup langka di indonesia itu.
Sebagai seorang Blogger gentlemen, akupun meninggalkan jejak di Blog yang aku kunjungi.
‘ciye,ada maba nih. Salam kenal dari mahasiswa tingkat akhir’ Begitu isi jejak yang aku tinggalkan. Setelah itu aku menutup jendela mozilla dan kembali fokus ke skripsi ku.
Beberapa hari kemudian entah kenapa aku kembali terinngat dan penasaran apakah pesanku di balas oleh mahasiswi filosofis yang menggunakan nama Bintang itu. Dan saat aku membuka Blog serta beberapa media sosial milikku, aku mendapatkan kejutan yang lebih dari yang ku harapkan. Facebook ku di Add dan Blog ku telah di follow oleh seseorang bernama Yuna Chairunissa. Ternyata Yuna ini lah pemilik Blog ‘Bintang’. Satu hal yang aku kagumi pertama kali dari dia, dia tidak memakai nama facebook yang sedang ngetren kala itu. Dia tidak membuat nama Facebooknya dengan ‘Youna cantiEq eN Im03th’ atau ‘Yunayangcllalumelindu’. Dia cukup dengan nama lengkapnya saja.
Ketika aku melihat Blog Yuna beberapa hari yang lalu, aku tidak memperhatikan postinganya yang lain. Ternyata akulah yang pertama kali berkomentar di Blog dia sehingga dia kembali ke Blogku dan ingin berkenalan denganku lewat sosial media. Dia belum ikut dalam komunitas Blog manapun. Sedangkan Blog saat itu tidak terlalu ngetren di masyarakat awam sehingga teman-temannya pun tidak tahu kalau Yuna memiliki Blog. Wajar saja kalau tidak ada yang meninggalkan jejak di Blognya.
Sejak saat itu Aku dan Yuna selalu saling berbalas komentar pada postingan baru di Blog kami masing-masing. Selain komentar di Blog kami juga sering chatting dari media sosial. Aku bercerita tentang kesibukanku mengerjakan skripsi sedangkan Yuna bercerita tentang kehidupan barunya di bangku kuliah. Berkenalan dengan Yuna membawa angin segar kepada ku selama skripsi. Beberapa kali Yuna takut mengganguku saat mengetik skripsi sambil chatting dnegan nya. Namun aku jujur kepadanya bahwa dia sama sekali tidak menggangu. Justru aku yang jenuh kalau hanya terus-menerus mengerjakan skripsi tanpa teman ngobrol. Kalau sudah mulai larut malam aku menutup obrolan dengan menyuruhnya offline karena dia harus masuk kuliah pagi.
Sampai akhirnya skripsiku selesai lalu sidang dan tingal menunggu wisuda. Aku mengabarkan hal ini kepada Yuna. Dia sangat senang sepertinya lewat tulisannya dari chatting. Aku memintanya untuk datang ke wisudaku tapi dia langsung menolak dengan alasan di hari itu dia ada kegiatan di organisasi kampus. Aku pun memaklumi karena yang mengusulkan dia ikut organisasi di kampus pun aku. Padahal,aku penasaran sekali dengan wajah asli Yuna. Di Facebook nya dia memasang foto profil tokoh anime wanita. Fotonya bersama teman-temannya hanya ketika dia perpisahan SMA nya dan itu ramai sekali. Walaupun ada tag di wajahnya, mana mungkin aku bisa mengenali wajah seseorang yang kecil-kecil dan buram pula.
Setelah wisuda, aku pun kembali ke kampung dan mencoba berbisnis dari lahan Bapakku. Di kampungku agak sulit mendapatkan sinyal sehingga aku tidak bisa chatting dengan Yuna. Saat sinyal sedikit bagus aku membuka Blognya Yuna dan membaca kegiatan-kegiatannya yang rutin di postinganya. Sesekali aku masih mengomentari Blognya. Sebenarnya kalau bisa aku ingin berkomentar di setiap postingannya. Namun terkadang saat aku sudah mengirim komentar ternyata gagal karena sinyal.
***
1 tahun setengah di kampung ternyata pupuk yang aku jadikan skripsi dulu berhasil di kembangkan disini. Pupuk buatanku semakin besar permintaannya sehingga aku mengajari banyak anak muda yang hanya sampai SMA untuk membuat pupuk. Setelah banyak yang bisa, aku minta izin dengan bapak untuk kembali ke kota. Selain untuk mengembangkan sayap bisnis pupukku, aku juga rindu untuk sering berkomunikasi dnegan Yuna.
Lewat Blognya sekarang aku tau kalau Yuna sudah mulai santai kuliahnya menjelang semester 5. Dan dia juga menulis bahwa sekarang sedang libur kuliah selama 3 minggu. Aku pun mengabarinya bahwa aku sudah kembali ke kota. Dan dia dengan antusias memberitahu bahwa 3 hari lagi ada kopi darat dengan teman-teman komunitas Blogger yang kami ikuti berdua. Aku pun tanpa berpikir lagi langsung mengatakan akan datang. Ini adalah kesempatan pertama ku untuk bertemu Yuna. Lalu chatting kami berlanjut dengan banyak bercerita selama aku di kampung.
3 hari kemudian saat aku sudah bersiap-siap akan berangkat untuk kopi darat bersama teman-teman Blogger, tiba-tiba kepalaku pusing dan tak lama aku terjatuh di teras kontrakan. Pingsan. Handphone yang ku pegang tercampak dan mati. Tetangga langsung menolongku. aku pun tidak menghadiri kopi darat tanpa kabar.
Besoknya aku membuka obrolan lebih dulu saat chatting dengan Yuna. Sepertinya Yuna marah. Karena saat aku menghidupkan Handphoneku kemarin malam, aku melihat banyak pesan masuk ke handphone ku. Dari Yuna.
Benar saja, Chat ku tidak di balas sampai sore. Saat dia membalasnya katanya tadi pagi ia sibuk membantu ibunya dan tidak melihat chat dari ku. Lalu dia pun menanyakan kenapa aku tidak datang kemarin. Saat aku menjelaskan yang terjadi dia langusung menulis banyak kata maaf karena dia sudah berburuk sangka kalau aku ingkar janji. Setelah itu kami kembali hanyut dalam banyak obrolan.
Saat itu umur Yuna sudah 20 dan Aku 24.
Aku dan Yuna tetap menjalin komunikasi lewat kometar Blog dan Chatting. Obrolan kami semakin mendalam. Selain membahas kegiatan sehari-hari dan cerita soal keluarga, tiba-tiba kami masuk ke dalam topik soal pernikahan. Menurut Yuna, seorang laki-laki baru pantas menikah di atas umur 25 agar dia benar-benar sudah dewasa. Lalu Yuna bertanya pada ku kapan aku akan menikah. Dengan iseng ku tanya balik,
‘Kalau Yuna maunya kapan?’
‘Yuna ikut kata Mama Yuna saja bang. Kata Mama, Yuna baru boleh menikah kalau sudah lulus. Dan kemungkinan yang mencarikan pasangannya Mama. Yuna kan anak tunggal. Jadi kalau abang tanya Yuna maunya kapan menikah, Yuna gak tau bang. Ikut kata Mama saja.’
Aku tercengang membaca jawabannya. Dia anak tunggal. Wajar saja kalau orang tuanya akan menguasai keputusan secara penuh terhadap dirinya sampai ia menikah. Bagaimana jalannya agar aku bertemu orang tua Yuna ya? Jangan kan mau ketemu orangtua nya, jumpa anaknya saja sulit sekali. Setelah gagal bertemu di kopdar untuk pertama kalinya, pertemuan berikutnya kami tetap tidak bisa berjumpa. Saat aku datang, dia tidak datang. Saat dia datang, lagi-lagi aku yang tidak bisa datang. Seperti ada tangan gaib yang menghalangi kami untuk bertemu. Ah,aku tertular bahasa filosofisnya Yuna.
Terus begitu tanpa pernah berjumpa aku tetap berkomunikasi dengan Yuna. Sampai akhirnya Sebulan yang lalu Yuna pun wisuda dan untuk pertama kalinya Foto aslinya beserta orangtuanya di unggah di Facebook dan di masukkanya kedalam Postinganya di Blog.
***
Lalu, hari yang menyesakkan itu datang.
Saat itu aku sedang memeriksa laporan keuangan penjualan pupukku yang semakin berkembang di teras kontrakan yang di huni oleh 5 lelaki lajang seperti ku. Lalu Pak Pos datang dan menyerahkan amplop coklat berukuran sekitar 20x10cm. Tertera nama pengirimnya dari ‘Yuna Chairunnisa’. Dahiku mengernyit bingung dan segera jemari ku bergerak untuk membuka amplop coklat ini. Sebelum aku mengambil isinya sebuah sms masuk ke handphone ku. Aku lebih dulu menyambar handphone yang ternyata sms dari Yuna.
‘Abang,Yuna ada mengirim sesuatu ke rumah abang.Udah sampe gak?Alamat abang masih yang lama kan?’
Aku segera membalas,
‘Ya,sudah sampai. Ini baru mau di buka amplopnya’
Tak lama muncul lagi balasan dari Yuna
‘Sip! Harus datang ya bang! Pokoknya wajib!’
Aku jadi semakin penasaran dan langsung merogoh isi amplop. Ternyata sebuah Undangan Pernikahan dengan warna bernuansa kuning dan hijau. Tertulis 2 buah nama di depannya.
Fadlan & Yuna.
aku mengigit bibir dan serasa angin dari antartika menerpa tubuhku. Aku langung masuk ke dalam dan menaruh undangan itu di rak buku kamarku. Lalu aku terduduk di depan laptop. Aku menghidupkan Laptop dan pergi ke dapur seperti orang linglung lalu menyeduh kopi hitam dan ku bawa masuk kembali ke depan laptop yang telah sempuran menyala. Kopi ku letak di sebelah kiri. Sementara tangan kananku mencolokkan modem ke laptop. Segera ku buka jendela mozilla dan langung masuk ke halaman Blog Yuna. Secara acak ku klik postingan-postingan dia. Beberapa kolom komentar kulihat ada aku disana. Aku tak membaca lagi isi postingan itu. Aku hanya men-scroll atas bawah dan lalu kembali mengklik sembarangan postingan yang lain. Terus begitu sapai kopi ku habis.
***
“Bang,gak jadinya abang datang ke pesta itu?aku udah siap-siap ini” Eru yang sedang mengosok kemejanya mengingatkanku soal pesta hari ini.
“Apa kita harus datang?”Tanya ku pada Eru yang tidak tahu sebenarnya siapa yang mengundangku.
“Ya harus la bang, hari ini semua pada pergi. Karena abang bilang kita mau ke pesta itu aku gak beli lauk makan siang lah. Orang gak ada yang dirumah. Tinggal si Galih itu masih molor di kamarnya.” Eru mengungkapkan alasan yang sangat meyakinkan untuk ukuran mahasiswa sepertinya. Mau tidak mau aku pun beranjak ke kamar mandi. Kasihan juga Eru tidak makan siang kalau kami tidak pergi.
Aku melihatnya. Untuk pertama kalinya. Dari jauh aku langsung tau sosok Yuna. Jelas saja tau ‘kan dia yang menikah hari ini.
“Abang!” Yuna sedikit berteriak saat melihatku ketika aku mendekatinya untuk memberikan selamat.
“Selamat atas pernikahannya ya Yun. Semoga langgeng sampai tua nanti”
“Terima kasih abang. Abang juga harus segera nyusul ya bang!” Yuna lalu menoleh kepada suaminya. “Mas, kenalin ini teman Blogger ku namanya Bang Lutfi. Bang,kenalin suamiku,Mas Fadlan.” Yuna tersenyum lebar saat menegnalkan ku dengan suaminya.
aku menjabat tangan Fadlan. “Jaga Istrimu baik-baik ya” pesan ku pada Fadlan. Fadlan membalas dengan mengangguk mantap meyakinkanku sambil tersenyum.
Aku tak lama di pesta itu. Setelah Eru kenyang mengisi perutnya kami segera pulang. Dan lagu Sunny milik Bunga citra lestari tiba-tiba terngiang sepanjang perjalananku kembali ke kontrakan.
“Kau tak sempat,tanyakan aku... cintakah aku padamu....”
Hilang Kendali
"Puisi Rindu" Senja Dalam Bayangan
Puisi Rindu : Dalam Bayang Kerinduan
| lebih baik aku berpaling sejenak... |
Kabur...
tak ada kejelasan disana
akan terang
ataukah menjadi terang
Menyesakkan...
dalam bayang-bayang
hanya pandangan kabur
yang menimbulkan harapan
Disini...
dalam kerinduan
yang takut diperjuangkan
akankah jadi kenyataan?
Hanya saja...
dalam bayang kerinduan
tanpa ada keputusan
menatap kabur
Masih...
menunggu bayang menjadi nyata
rindu tersampaikan
usai
Jangan...
berasumsi siapa
wujud bayang kerinduan
bisa jadi itu,
Kamu?
Ibu, Terimakasih
seorang insan seperti apa yang akan kau lahirkan?
Ibu, apakah kau tau saat kau mengandung...
seorang lelaki atau perempuan yang akan kau besarkan?
Ibu, apakah kau tau saat kau mengandung...
seorang berhati apakah yang engkau ciptakan?
ibu, aku kini telah lahir tumbuh besar dibawah pengasuhan mu
ibu, aku kini telah beranjak dewasa dan mencari jalanku
ibu, terimakasih
dan maaf
maaf aku telah lahir dengan menangis
maaf aku pun selalu meminta dengan menangis
maaf aku marah dengan menangis
maaf aku membuat mu juga menangis
aku anak yang berhati lemah, ku pikir
aku anak yang gampang terenyuh dan tergoda, ku pikir
aku anak yang sembrono dan ceroboh, kata mu
aku anak yang banyak kekurangan, kata mu
kau khawatir belum semua hal kau ajarkan padaku
kau takut ada hal yang terjadi padaku
kau tahu ibu?
akupun lebih takut terjadi apa-apa denganmu...
Ibu, kau membentuk hati ku menjadi orang yang sangat mudah tersentuh
Seperti kau mengkhawatirkan ku
seperti akupun mengkhawatirkan mu
Ibu, aku sering menangis melihat orang yang juga lahir dari ibu-ibu yang lain
Andai aku punya kekuatan, Ibu
aku tak perlu menangis melihat mereka, Ibu
Andai aku berhati keras, Ibu
aku tak perlu perduli penderitaan mereka, Ibu
sayang yang kau berikan padaku
membuatku selalu mudah menaruh sayang pada orang lain
kasih yang kau curahkan padaku
membuatku mudah mengasihani orang lain
Ibu, di bawah kakimu ku bersimpuh
berterimakasih untuk hati yang kau berikan
untuk hati yang gampang tersentuh
dan doakan aku punya kekuatan Ibu.
agar aku tak sesering ini lagi menangis
membuatmu khawatir
Ibu, maaf untuk airmata yang terlalu sering aku cucurkan
dan membuatmu juga mencucurkan air mata
aku sayang ibu
Review Cerita Caca – Saat Cinta,Persahabatan Dan Pelajaran Telah Kau Temukan
“Terus? Tanya Sarah seolah itu bukan masalah.
“Kakak coba pikir aja! Gimana cara ngedeketin anak remaja masjid kayak dia?” tantang Febi.
Ekspresi wajah Sarah langsung berubah kesal mendengar alasan Febi itu. “Astaga Feb!” Sarah menanggapinya seolah-olah itu adalah kata-kata tergila yang pernah Febi ucapkan. “Kamu udah tinggal sama kakak berapa lama sih? Mau anak clubbing kek, mau remaja masjid kek, mereka tetep aja laki-laki Feb!” seru Sarah.
“Tapi perempuan macam apa yang tega menganggu laki-laki kayak gitu beribadah kak?” tanya Febi lagi tak mau kalah.
“Mana kakak tahu! Tanya aja sama Siti Hawa!”
Begitulah sekilas cuplikan yang dibeberkan di belakang buku setebal 168 halaman ini. Cerita Caca adalah novel remaja yang mungkin tidak terkhusus sebagai konten novel islami. Dari judulnya yang sederhana, isinya dapat dibaca untuk semua kalangan 15 tahun ke atas.
Semua berawal dari sudut pandang ketiga sang penulis yang ternyata turut berperan dalam cerita ini. Penulis menceritakan kisah seorang mahasiswi yang pesonanya tak dapat ditolak lelaki manapun, bernama Caca. Mungkin disini telihat lebay, tapi menurut saya memang cukup banyak perempuan-perempuan jaman sekarang yang apabila dia terseyum dan mengedipkan mata sudah cukup membuat hati lelaki manapun berdesir.
Caca sebenarnya adalah anak yang baik dan selalu menyimpan dengan baik pesan-pesan dari Ayahnya. Namun pergaulan membuatnya lalai dalam memilah hal yang baik dan benar. Tak jauh beda dengan sahabatnya Febi yang juga memiliki paras menggoda, mereka di bawah asuhan kak Sarah – kakak satu kos mereka – yang menjadikan mereka bunga kampus yang semerbak wanginya.
Namun Caca dan Febi tak lantas menjadikan diri mereka wanita murahan yang dapat digoda lelaki sembarang. Mereka memilih. Sangat memilih. Mereka berdua yang telah bersahabat dari SMA menyukai tantangan yang berbeda dengan lelaki-lekaki yang berbeda pula. Febi yang suka menggaet lelaki yang memiliki materi lebih. Sementara Caca lebih suka memburu lelaki berkepribadian menantang.
Farhan salah satu target Caca,Mahasiswa semester 9 ketua LDK (Lembaga Dakwah Kampus) yang digambarkan penulis memiliki perawakan seperti india dan berkulit coklat. Parasnya cukup memukau sebagai lelaki aktivis dakwah.
Dan Caca melancarkan aksinya dengan membuat pertemuan pertama mereka berdua sangat-sangat berkesan di perpustakaan tanpa ada bumbu-bumbu sinetron. Seolah-olah kejadian itu adalah takdir dari Tuhan untuk mempertemukan mereka berdua. Padahal Febi juga ada disana melihatnya.
Febi pun menantang Caca untuk mendapatkan Farhan dengan taruhan siapa yang kalah harus mengerjakan tugas kampus pemenangnya. Deal. Taruhan dimulai.
Caca semakin gencar mendapatkan perhatian Farhan sampai ia rela rambut indah bak bintang iklan shampoo itu tertutupi oleh kain lebar. Caca memakai Jilbab. Membuat seantaro kampus terperangah. Dan juga membuat Farhan terkesima.
Sampai klimaksnya, Farhan yang ingin melamar Caca. Caca yang beralih menyerah dan membuka jilbabnya lagi. Lalu Bila yang akan dilamar seorang Ikhwan dan membuat Caca shock. Febi yang hamil. Dan Sarah yang membuka kisah kelam masalalunya sehingga ia menjadi seperti itu.
Jadi, apakah Farhan jadi melamar Caca? Bagaimana keistiqomahan Caca? Siapa Ikhwan yang melamar Bila? Bagaimana Febi bisa Hamil? bagaimana latar belakang Sarah? Dan terkahir, siapakah sebenarnya tokoh penulis?
Temukan jawabannya langsung di Novel Cerita Caca yang diterbitkan oleh Gema Ihsani!
Novel ini memberikan sangat banyak pelajaran yang kita temui secara lumrah di kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana pertemanan dapat mengubah seseorang. Bagaimana lingkungan mebentuk seseorang. Bahkan ketua LDK pun bisa tergoda dengan setan yang bersemayam di sekitar wanita. Saya sendiri juga masih sering goyah terhadap godaan lawan jenis. Terkadang kita tau mana benar dan salah namun terlalu takut untuk meneguhkan garis pembatas antar haq dan bathil.
Pan penutup yang sangat menyentuh adalah seseorang yang mendapatkan bidadari yang telah selesai bermetamorfosis tanpa melakukan apa-apa. Seseorang itu hanya selalu berdoa dan berdoa kepada Tuhan agar Bidadarinya tetap terjaga dan dilayakkan untuk dirinya. Dalam penantian dan kesabarannya, Tuhan mengabulkannya. Percayalah, Tuhan akan mengabulkan dan memberikan kelayakan sesuai dirimu masing-masing. Percayalah.
Novel ini dibadrol dengan harga Rp. 50.000,- segera beli novel Cerita Caca disini
Cerpen Romantis : Penantian Hujan di Tengah Malam
“Dik, belum tidur?” Tanyaku pada kekasih halalku.
“Belum, gak bisa tidur. Gerah nih Mas...” Keluhnya padaku. Ia menyibakkan selimutnya. Wajahnya memerah karena panas.
“Duduk ke taman belakang sebentar yuk, nikmatin angin malam biar sejuk. Mas juga ga bisa tidur...” Ajakku. Ia menggangguk dan segera beranjak dari ranjang. Kami bersama menuju taman belakang rumah kami.
Aku duduk santai menikmati rembulan yang sedang beerbentuk sabit. Sudah seminggu tidak turun hujan. Langit malam ini sedikit mendung. Mungkin akan turun hujan makanya udara sedikit gerah. Perbedaan tekanan udara dari langit menyebabkan hawa panas menggeliat di permukaan bumi.
Trek. “Teh mas,” ia meletakkan dua cangkir yang berisi teh hangat. Lalu ia duduk dan bersandar disampingku sementara matanya menatap kosong ke arah bulan.
“Mikirin siapa?” Tanyaku. Aku mengenal sifatnya satu ini. Pandangan kosong dimatanya adalah tanda bahwa ia sedang memikirkan sesuatu dari hatinya. Bukan dari kepalanya.
“Dia, Mas...” Katanya santai sambil menyesap teh hangat miliknya. Aku hanya tersenyum takdzim seolah mengatakan padanya ”Tak mengapa, kenangan itu milikmu...”
******
Kasihku ini punya cinta pertama. Dan ia mengakui bahwa sangat sulit untuk melupakan cinta pertama di masa SMA nya itu. Bukan salah dia dan juga bukan salah ku, kami baru bertemu saat bangku kuliah di semester akhir. Ini semua sudah rangakaian takdir.
Ia menyukai lelaki itu terlebih dahulu. Menyukai secara diam-diam. Memendam rasa sampai kadang dia sakit karena tak kuat menahan rasa sukanya pada lelaki itu. Sementara lelaki itu tak sedikit pun menunjukkan ketertarikan pada kasihku ini. Namun kasihku tetap mengejar lelaki itu. Begitulah yang ku tahu darinya.
Selepas SMA ia dan lelaki itu terpisah di kampus yang berbeda. Dan lelaki itu sudah tahu perasaan kasih ku ini karena di beritahu seorang temannya saat perpisahan sekolah. Selama kuliah kasihku tak lagi mengejar lelaki itu. Tapi dia mengingatnya.
Akhir semester dia tak sengaja bertemu denganku di perpustakaan kampus. Lebih tepatnya aku yang menemukan dia. Di bawah cahaya senja, air matanya memantulkan warna oranye yang meneduhkan. Aku memperhatikannya lama. Seolah ia adalah makhluk yang diciptakan untuk kulindungi. Aku tak dapat menahan hasratku untuk mengabaikannya. Selang setengah tahun aku wisuda dan kasihku pun wisuda, aku melamarnya dan menikah tiga bulan kemudian.
******
“Kemarin dia menghubungi ku,Mas...” Aku sedikit kaget takut kasih ku berpaling. “Dari awal ia memang belum memberi hatinya pada ku sih.. justru seharusnya dia berpaling padaku” pikirku sambil sedikit tersenyum geli.
“Mas kok malah senyum sih!” Protesnya padaku.
“Eh, tadi kamu bilang apa? Mas tiba-tiba kepikiran sesuatu yang lucu tadi... maaf.. maaf..” sambil sedikit tertawa karena tak tahan melihat ekpresi kesal kasihku.
“Dia! Si itu lo, aduh mas pasti tau deh. Dia menelponku kemarin sore dan bilang kalau dulu pas SMA dia suka aku ternyata! Cuma dia diem aja dulu karen aku suka buang muka pas ketemu dia! Dia kira aku benci dia,Mas! Padahal kan itu karena aku ga sanggup natap wajahnya lo! Terus dia nanya bener gak kabar aku udah nikah. Ya aku iyain. Dia kaget dan malah bilang mau jumpa aku sama Mas karena ingin menuntaskan perasaan dulu itu mas! Jadi gimana ini, Mas?” ia mengakhiri laporannya itu dengan wajah bingung.
“Kamu masih suka dia gak?”
“Mas bilang kan diantara kita harus selalu jujur apalagi soal perasaan.... ya masih sih Mas.” Sedikit,hatiku sakit mendengar jawabannya.
“Banyakan mana suka kamu ke Mas sama suka kamu ke dia?”
“Mungkin ga bisa dibandingkan seperti itu sih Mas. Rasa sukaku ke dia.. mungkin, mungkin loh ya kayak fans yang menyukai artisnya tapi tau ga bakal ada akhir seperti yang dikhayalkannya. Kalo Mas adalah kebahagiaanku yang nyata. Yang jelas. Tidak membuat ku galau. Tiba-tiba berani datang untuk memiliki ku. Dan sekarang memahami segala perasaan dan tingkah ku...” ujar kasihku sambil tersenyum hangat. Hatiku pun dibuatnya hangat seperti senja yang kurasakan saat pertama kali melihatnya.
“Kalau begitu kamu tahu dong jawabannya ‘gimana’ tadi. Kamu mau kita menemuinya apa tidak demi kelangsungan kebahagiaan yang kamu rasakan sekarang?”
“Kayaknya... ga perlu deh Mas. Kalau ditemui sekali ntar dia bisa minta ketemu lagi saat Mas sedang ga ada. Apalagi dia belum nikah...”
Angin dingin mulai terasa dan gerimis satu-satu mulai turun. Hujan yang kami nantikan sudah tiba.
Cerpen Kisah Cinta yang Menyedihkan - Cinta Yang Tergadaikan
Aku menulis ini dengan wajah yang bersimbah air mata. Tangisku tak berhenti walau sudah kucoba wajahku tersenyum. Kupakasakan tetap tak bisa. Entah kenapa malam ini anggota tubuhku tidak bersinergi dengan baik.
Sejak aku mengandaskan harapan ku pada dia di masa lampau, aku berjanji untuk tidak kembali menyakiti hati ini. Aku takkan lagi jatuh cinta, karena cintaku hanya akan tergadai setelah usai rasa kasmaran yang indah di awal saja.
Aku tak berani mengansumsikan bahwa aku tipikal orang yang setia. Namun kenyataannya aku sulit melepas seseorang. Gagal move on kata orang sekarang. Ya, mungkin aku mengalaminya. Aku mencoba move lalu stuck dan back. Move lalu stuck dan back. Begitu terus sampai sang waktu mengampuniku dan menghentikan siksaan ini. Karena – lagi-lagi seperti kata orang – hanya waktu yang dapat menyembuhkan luka dalam hati.
Seperti hati yang diris-iris lalu ditetesi jeruk nipis. Hah! Perumpamaan apa yang aku gunakan.
Andai saja cintaku bertepuk sebelah tangan. Sehingga ia tak menadahkan tangan untuk menerima cintaku lalu menggadaikannya begitu saja. Masalahnya, ia menerimanya. Dan cintaku melayang tergadaikan tanpa ada yang menebusnya untuk dikembalikan kepada pemiliknya. Aku.
Cintaku ku tergadai. Dan tertinggal di sbeuah toko yang bernama ‘Masa Lalu Belum Usai’.
Kamu, yang serius mencoba menggapai cintaku. Coba saja cari cintaku yang telah tergadai itu. Beli dan ambil. Lalu kita buat surat perjanjian pertukaran hati agar kita tak saling menyakiti.
Sekarang, aku belum bisa memberimu kepastian. Yang pasti, kuulang lagi. Cintaku masih tergadaikan.
Cerpen Anak: Perusak Bunga Matahari Misterius
“Mamaaaa!” Jerit Luki histeris di Minggu pagi yang cerah setelah malamnya dihuyur gerimis tipis. Mama Luki tergopoh-gopoh menuju sumber suara dari halaman depan.
“Ada apa?!Ada apa,nak?!” Mama Luki yang juga panikan juga bertanya pada Luki dengan histeris. Namun sesaat kemudian Mama Luki menyadari hal yang membuat Luki shock. Di depannya terlihat bunga matahari yang baru akan mekar berjatuhan di tanah. Sementara daun-daun lebar bunga matahari itu hilang sebagian dibagian bawahnya.
Bunga matahari di halaman depan rumah mereka murni hasil usaha Luki. Berbekal bibit bunga matahari bonus majalah langganannya, anak lelaki kelas 5 SD ini begitu bersemangat untuk menumbuhkan bunga yang menurut informasi adalah tanaman fitoremediasi yang dapat menyerap racun dari dalam tanah. Luki mengikuti semua cara yang ia tahu mulai dari menanam bibitnya sedalam 3 cm di kemasan gelas mineral bekas. Lalu setelah tumbuh daunnya 4 helai, bunga matahari kecil itu dipindahkan ke tanah di halaman depan dengan hati-hati untuk ditempatkan secara permanen. Bunga matahari yang sedang belajar berbunga pun muncul empat bulan kemudian. Lalu disusul oleh bunga-bunga matahari yang mekar sempurna. Namun kini Luki menemukan bunga yang ditanamnya telah rusak...
Luki mendekati bunga yang tingginya melebihi dirinya itu dan menatap lekat-lekat bekas batang daun yang tersisa di batang. ‘ini seperti dipatahkan, apakah ada yang sengaja merusak bunga ini?’ terka Luki menyelidik dalam hati. Ia lalu menatap mamanya yang berada di belakangnya.
“Nanti Mama telfon dengan satpam komplek ya manatau pak Joko ada liat orang asing di sekitar rumah kita tadi malam..” ujar Mama Luki berusaha menenangkan hati Luki. Lukipun mengangguk pelan dan masuk kemabli kerumah.
Hari senin pagi Luki kembali terperangah ketika akan berangkat sekolah. Daun-daun bunga mataharinya habis lebih dari setengah. Dan bunga-bunga matahari yang sedang mekar terkulai kebawah seperti ditimpa sesuatu diatasnya. Kali ini Luki tidak berteriak histeris lagi. Ia mendesis kesal dan bergumam didalam hati ‘Aku harus menemukan perusak bunga matahari ini’.
Saat pulang sekolah, selesai makan Luki langsung tidur siang agar bisa berhaga malam harinya. Dan malam hari, ia benar-benar berjaga memakai jaket dengan hoodie terpasang rapat dikepalanya dan celana panjang agar tidak digigit nyamuk. Senter kecil dan tongkat bisbol ia siapkan disampingnya untuk berjaga-jaga kalau pelaku perusakan itu muncul. Syukurlah malam ini tidak hujan. Pukul 1 malam belum ada tanda-tanda bunga matahari itu terusik. Pukul 2 dan 3 juga begitu. Luki mulai mengantuk. Tak lama ia melihat beberapa bapak-bapak dan satpam melewati rumahnya. ‘tidak mungkin pelakunya bapak-bapak ini’ gumam Luki. Luki tak dapat menahan kantuk lagi, ia tertidur menyender disela-sela bunga alamanda yang menjalar di pagar rumahnya.
Esok paginya saat adzan subuh berkumandang Luki tersentak dan terperangah. Daun-daun besar bunga mataharinya benar-benar habis! Tinggal daun-daun kecil yang menyempil dibatang bunga. Luki benar-benar ingin menangis. Ia kesal sekali. Tapi Luki tidak menyerah. Ia harus temukan perusak itu!
Sorenya Luki meminta beberapa lonceng kecil milik tetangganya Fanya. Fanya suka membuat kerajinan tangan seperti gantungan kunci atau gelan yang ada loncengnya. Lalu Luki mengaitkan loceng-lonceng itu ke benang dan melilitkan ke batang bunga matahari. Kali ini ia akan mengamati dari jendela yang menghadap ke tamannya. Malam pun menjelang. Luki menutup matanya namun berusaha agar tidak tidur. Menjelang pukul 2 ia mendengar lonceng-lonceng itu berbunyi namun sangat pelan. Seolah-olah bunga matahari ini hanya diterpa angin. Belum lagi saat itu sedang gerimis tipis. Luki menyibakkan sedikit gorden jendela. Ia melihat batang bunga matahari yang bergoyang-goyang pelan padahal tanaman lainnya tidak bergoyang. ‘Apa mungkin.... Hantu perusaknya?’ bulu kuduk Luki terasa berdiri. Namun dengan berani Luki mengambil senter kecilnya serta payung dan keluar menuju taman. Dan.....
Luki terperangah melihat perusak bunga matahari yang sebenarnya. Ternyata pelakunya adalah belasan Keong yang sedang asik merayap dan mengunyah daun-daun bunga matahari. Luki dengan geram mencabut keong-keong itu dari batang bunga dan menaruhnya di pot kosong. Tiba-tiba ia merasa menginjak sesuatu yang berbunyi ‘Krak!’ lalu ‘nyes...’. Luki segera menyinari bawah kakinya dengan senter. Semakin terkejutlah Luki melihat bahwa di rerumputan halamannya puluhan keong sedang mengarah ke bunga matahari. Malam ini Luki bekerja keras mengumpulkan keong-keong itu ke pot-pot kosong dan segera ia pindahkan ke tempat sampah yang akan diangkut Mang Jul esok pagi.
Esoknya Luki mencari tahu di internet. Keong alias Acatina fulica ini adalah salah satu binatang hama yang mengancam. Salah satunya menjadi hama padi yang dapat mengakibatkan gagal panen. Keong ini hewan noctural yang aktif dimalam hari. Meski terlihat lambat saat berjalan, dalam mengonsumsi makanan hewan ini cukup rakus. Belum lagi ia hemaprodite yaitu hewan dua kelamin sehingga perkembang biakannya sangat cepat. Apalagi dimusim penghujan seperti ini. ‘Sudahlah, akhirnya kasus ini terpecahkan walaupun pelakunya sangat tak terduga..’ujar Luki dalam hati.
Puisi Renungan Hati Islami : Yang Terakhir
Cerpen Kisah Pernikahan Baru : Bila Ini Saat Terakhir Bersamamu
"Bang, jika aku lebih dulu menemui Illahi kau akan baik saja kan?" ujar perempuan muda itu sambil tersenyum menatap lelaki yang berada di depannya.
"Dirimu bicara apa Dik, kita baru setengah tahun bersama mengapa kau bertanya tentang hal itu?" balas lelaki yang sore ini mengenakan kemeja oranye sambil menujukkan wajah gusar.
"Kau tak memiliki penyakit parah sebelumnya kan, Dik?" lanjutnya. Perempuan bertudung hijau itu menggeleng mantap sebagai jawaban tidak.
"Takdir memang sudah menuliskan pertemuan kita bang. Namun takdir juga berhak memisahkan kita tanpa alasan di luar logika manusia."
"Aku akan mati bang. Aku akan membunuh diriku di dunia fana ini." jawab perempuan muda itu dengan tenang lalu menyesap lemon tea hangat miliknya. sementara sang lelaki terperanjat dan matanya terbelalak.
"Maksud mu apa dik?! selemah itukah iman mu?! ku nikahi kamu karena keteguhan agamamu! dan hanya karena kepergian diriku kau akan melakukan hal yang di laknat Allah?!" sentak lelaki itu keras sampai kopi miliknya sedikit terguncang. Burung-burung gereja yang sedang asik istirahat di pohon cemara taman kecil mereka pun terbang karena terusik.
"Bang, tidak sesederhana itu." Wanita itu berusaha menenangkan lelakinya sambil menangkupkan kedua tangannya di tangan sang lelaki yang sedang mengepal di atas meja. ia melanjutkan jawabannya. "Jumlah lelaki dan wanita saat itu perbandingannya sangat kontras. Jika aku kehilangan mu Bang, maka aku takkan mungkin menikah lagi. Aku takkan pernah menikah dengan lelaki yang sudah pernah menikah apalagi poligami. Sehingga aku harus membunuh perasaanku agar perasaanku kepadamu tetap terjaga. Jika kau pergi setelah kita memiliki keturunan, maka aku harus membunuh nafsu duniawi ku. aku hanya mengurus anak dan mencari nafkah untuk seluruh kebutuhan mereka. tak lebih, untukku hanya jika aku benar-benar butuh. aku akan tetap melanjutkan hidup tanpamu bang, aku tetap makan dan sehat tanpamu bang, aku malah akan lebih banyak beribadah agar di kehidupan selajutnya kita dapat kembali di pertemukan. Dunia ini fana, yang ku inginkan adalah cinta abadi di kehidupan berikutnya bang."
"Dik... sungguh aku yang menjadi rapuh mendengar jawabanmu. sungguh aku yang menjadi sangat takut kehilanganmu. Seakan-akan aku takkan bisa sendiri tanpa seorang pendamping..." lelaki itu menggenggam erat tangan perempuannya.
dan di sore yang semakin meredup mereka menyelesaikan diskusi mereka dengan saling menyentuhkan dahi mereka satu sama lain.
Cerpen Islami Rasa tanpa Rasa
"FANNY!" sentakku kencang sambil memukul bahunya. Fanny terlonjak.
"UWOY! Biasa aja kali manggilnya! kaget aku." sejenak perhatiannya menoleh kepada ku. beberapa detik kemudian ia kembali menekuni layar smartphonenya. Aku jadi geram sekali. "liat apa sih?" tanya ku penasaran.
"Eheheheee, cakep gak?" Fanny menunjukkan layar hapenya ke arahku. aku melihat seorang lelaki dengan tampang setelan ikhwan1 tersenyum lebar menghiasi layar hape Fanny.
"Siapa?" tanya ku.
"Belum kenal sih, tapi orangnya ramah lo. Aku udah ngeadd facebooknya, follow twitter sama IG nya trus juga aku udah ada pin BB nya. Linenya juga ada. hehehehe." kata Fanny dengan wajah kesemsem.
"Jadi apa kabar dengan Akhi2 yang kemarin sudah datengin Ayah mu buat ta'aruf itu?"
"Belum ku jawab Sher... Aku ragu..."
"Kenapa?karena kamu suka dengan ikhwan ini?" desakku sambil menunjuk lurus ke hape Fanny.
"Hush! enggaklah, aku kan cuma menjalin pertemanan Sher! Sillaturrahmi lo!" Lalu Fanny memasang wajah bingung.
"Nah lo, wajah kamu menggambarkan kegundahan mu Fan...." usikku. Fanny terdiam. Matanya menatap lurus seakan menembus dimensi yang lain.
Aku dan Fanny dibesarkan di lingkungan pesantren. Kami berdua tidak pernah pacaran karena tau hukumnya mendekati zina. Sekarang umur kami sudah 22. Fanny sudah menyelesaikan kuliah ekonomi syariahnya tahun lalu. Sementara aku masih sibuk menyusun skripsi di jurusan farmasi. walau belum selesai aku menerima ta'aruf dari seorang lelaki bulan lalu. Usai aku wisuda lelaki itu janji untuk segera mengkhitbah. sejauh ini kami baru dua kali bertemu. Sementara Fanny, perawakannya yang feminim, lembut, cantik dan sholehah menjadi incaran banyak lelaki. Namun, setahun ini sudah belasan lelaki yang ia tolak. Fanny terlalu takut karena ya seperti tadi, ia suka berteman dengan ikhwan-ikhwan cakep yang berseliweran di media social tapi malah tidak ada yang berani mendatangi ia secara syariat. sering aku ingatkan, tapi alasan Fanny adalah untuk sillaturrahmi.
"Sudah ishtikoroh?" tanya ku pelan. Fanny membalasnya dengan gelengan kepala yang pelan pula.
"sama seperti sebelum-sebelumnya Sher, gak ada jawaban..." keluhnya.
"Berarti ada yang tidak betul Fan, kamu istikhoroh mempertanyakan seseorang yang datang untuk hati mu. padaha; di hati mu sudah ada rasa untuk yang lain... bagaimana jawaban itu bisa masuk..?" cecarku.
"Tapi sungguh Shera...aku gak ada rasa! sungguh!"
"Kalau gak ada rasa kenapa senyum-senyum lihat foto tadi?"
"Yaaaa kan aku suka lihat cowok yang tampangnya manis Sheer... ini bukan Rasa kok, cuma suka liat mukanya aja..."
"Yaelah Fan, Rasa tanpa Rasa omong kosong macam apa itu."
"Jadi aku harus memutuskan jalinan sillaturahmi dengan ikwan-ikwan cakep ini?" Fanny men-scroll daftar pertemanan di Facebooknya.
"Bukan di putuskan, tapi berkomunikasilah seadanya. jangan sering lihat fotonya. ingat! Pandangan pertama itu nikmat, pandangan kedua itu maksiat."
"Lah,itu kan cuma berlaku pas orang aslinya lewat?" Fanny mengelak polos.
"Jaman Rasul belum ada Instagram Fanny! Aqli di pake dong. Naqli juga dipahami bener-bener! iiiihhhh" aku mencubit pelan lengan Fanny dengan gemas.
"Aw,aw, iya deh iya!" Fanny menepis tanganku dari lengannya.
"gini aja deh, aku sita smartphone mu 1 minggu aja. selama itu dirimu harus istikoroh. tepiskan semua rasa yang ada. netralkan hatimu. tanya sungguh-sungguh sama Allah. nanti kalau sudah ada jawaban segera kasih kepastian!" aku merampas smartphone dari tangannya. Fanny terseyum dan setuju dengan jalan keluar dari ku. ia memang benar-benar kecanduan smartphone belakangan ini.
Ah, Rasa tanpa Rasa. Sesulit itu kah mengendalikannya?
*1: lelaki muda berjanggut tipis tanpa kumis dan berwajah bersih terlihat rajin beribadah
*2: sebutan untuk saudara laki-laki dalam bahasa arab
#NULISRANDOM2015
Flash Fiction bertema Perang Kabut Kelabu Jam 6 Pagi
Masih jam 6 pagi. Langkah kakiku yang di balut kaus kaki dan beralaskan sendal menyusuri jalanan dari masjid menuju kembali ke rumah. Bersama beberapa nenek-nenek yang sudah mulai terseok-seok melangkahkan kakinya. Ada pula beberapa ibu-ibu yang sibuk memegang sarungnya sambil sedikit berlari mengejar anak kecilnya yang kesana kemari. Lasak.
Aku menatap langit. terlihat kabut kelabu di jam 6 pagi ini. Tak biasanya seperti ini. Seharusnya aku sudah bisa melihat guratan cahaya matahari yang tersirat di balik awan, muncul dengan malu-malu. tapi hari ini terlalu kelabu.
Sedikit aku menghirup udara berharap dapat menangkap oksigen karena kurasakan dadaku perlahan terasa sesak. Tapi bukannya segar aku malah semakin sesak nafas. Ku tarik lagi nafas ku lebih dalam. Aku malah merasa ingin muntah. Sesak nafas. Mual. kepala ku pusing karena benar-benar kekurangan oksigen. mataku sayup-sayup menangkap pandangan nanar seorang nenek yang sudah terduduk di jalanan. ku putar lagi arah pandangan ku yang semakin samar, sang ibu dengan nafas satu-satu memeluk anaknya yang menangis karena sudah sangat sulit bernafas. Aku melihat ke atas dan mendapati sebuah kapal terbang dengan kecepatan tinggi melintas. kapal terbang yang saat kecil aku senang karena asapnya membentuk awan-awan lucu di angkasa. dan aku sadar...
inikah senjata biologis yang mereka bicarakan itu? dan jam 6 pagi di antara kabut kelabu, desaku menjadi korbanya.
#NULISRANDOM2015
Mantra Cinta Paling Ampuh
Tags
- Cerpen (40)
- HST (5)
- Melodi Kata (113)
- SPEAK UP (3)
- Teriakan Kata (7)











