Awalnya, aku tak pernah menyangka dengan kehadiranmu. Pertemuan di
Pet shop 4 tahun lalu seakan membuatku tak percaya kalau pertemuan pertama kita pernah terjadi. Lalu kau lenyap menyisakan ruang hampa yang tak kusadari apa namanya di dalam hati ku. Sekarang, kau datang kembali.
tuutt tuuut tuuut
"ha..ha, ha...lo?"
"Ya, halo dengan siapa ini?"
"Anu... ehm... Perkenalkan nama saya Dewi dari departemen konservasi perusahaan XYZ...."
"iya, lalu?"
"benar ini dengan mas Gagah? eh, Pak Gagah Syahreza?" aduh.. keceplosan.
"Iya benar ini saya. Ada perihal apa ya Bu Dewi?"
"........"
"halo bu dewi?"
"Tuuut...tuut"
Ternyata aku masih belum sanggup menerima kenyataan. Ku tutup gagang telepon dan kuangkat kembali. ku tekan tombol redial dan ku serahkan pada Fitri yang berada disebelahku. dengan tergagap Fitri menyambut uluran ggang telepon dariku, selanjutnya ia lancar menyampiakn informasi yang seharusnya ku berikan untuk mas Gagah, eh Pak Gagah Syahreza.
*****
"Mumut, tadi aku gak sengaja dapat kontak pemilikmu dulu lo... kira-kira dia masih ingat ga ya sama kamu? Tapi ga tau juga sih itu beneran dia atau enggak..." tanya ku pada hewan lucu bertelinga panjang yang sedang asik makan wortel yang aku pegang.
"Muut... jangan asik makan mulu dong, respon dikit kek." Aku menarik wortel yang sedang asik dinikmati mumut. Mumut tersentak dan menatapku tajam seolah berkata "Kalau akau bisa ngomong ntar kamu kira aku hewan jejadian lagi" dan segera dia kemabli mendekati wortel yang ku tarik lalu semakin asik melahapnya. Ah... mumut...
*****
4 tahun lalu
Sudah sebulan aku hidup di kontrakan sendiri, rasa sepi entah kenapa sering menyelimutiku. Padahal semasa kuliah aku juga ngekos sendirian. Mungkin saja karena aku tidak terlau sibuk dengan tugas seperti saat kuliah. Sekarang, sepertinya aku membutuhkan pendamping. Dan disinlah aku sekarang berhenti. Di depan Pet shop.
kling kling cring....
Gantungan dream cacther yang di gantung di pintu pet shop berbunyi saat aku membuka pintu.
"Selamat datang mbak, mau beli makanan hewan atau beli hewan peliharaan mbak?" Dengan ramah pegawai berkucir ini menyapaku.
"Rencananya mau beli hewan peliharaan, tapi saya mau lihat-lihat dulu boleh?"
"oh boleh mbak silahkan silahkan...nanti kalau ada yang membuat mbak tertarik panggil saya lagi ya.." kata pegawai berkucir ini lalu pergi melayani pelanggan yang lain. Akupun dengan asik melihat-lihat hewan-hewan lucu disini.
kling kling cring....
"Mbak, disini bisa jual hewan peliharaan?" Tanya orang tak dikenal yang baru masuk tadi setelah mencolekku. Aku terkejut. etdah...gue dikirain pegawai...
"Maaf mas, saya bukan pegawai disini. Mbak! mbak!" Aku dengan spontan memanggil pegawai berkucir tadi. Si Mas itupun tanpa meminta maaf kepadaku langsung nyelonong ke arah si pegawai berkucir. ah.. ada-ada saja.
"YAH, KOK GA BISA SIH? KELINCI SAYA SEHAT KOK!" tiba-tiba si mas gak sopan tadi bersuara agak keras.
"iya mas maaf, tapi prosedurnya kami tidak menerima hewan yang bukan berasal dari peternakan yang sudah berlisensi mas..."
"Ya sudah, biar saja kelinci ini saya lepas dijalanan saja." Si mas gak sopan tadi berlalu dan keluar dari Pet shop.
kling kling cring....
Dari dalam aku memperhatikan mas gak sopan tadi. Dan yang membuatku terkejut, dia melepaskan kelinci di tangannya lalu meninggalkan kelinci lincah itu berlompat-lompat ria ke arah jalan raya.
kling! kling! cring....
Aku berlari dengan cepat keluar dan menangkap si kelinci lincah tadi. Si mas ga sopan itu malah ngeloyor pergi dan menyetop angkutan umum yang lewat. Saat dia telah masuk angkutan umum, dia melihat ke arahku yang sedang berjongkok memeluk kelinci miliknya. Dia melambai sambil tersenyum ke arah ku lalu menujuk lehernya sendiri. Dan kendaraan itu berlalu dengan menyisakan tanda tanya besar pada diriku. leher? dia tadi menunjuk lehernya kan? kenapa lehernya? dia ga bisa ngomong?
"Coba cek leher kelincinya mbak, ada kalungnya tuh. Mana tau ada pesan.." Tiba-tiba si pegawai berkucir itu sudah ada di sebelahku. Aku masih diderai kebingungan. Namun, tangan ku bergerak untuk memeriksa leher si kelinci. Benar saja, kalungnya yang berbandul seperti cincin berisi sebuah gulungan kertas kecil. Aku membukanya.
Nama: Mumut
Lahir : di lubang tanah halaman Gagah Syahreza, 12 Januari 2011
jenis kelamin : pria tangguh
Kesukaan: Wortel rebus dan air gula merah
P.s rawat aku baik-baik ya, solanya majikanku harus pergi ke luar negeri selama 3 tahun dan aku ga bisa di bawa. Pemilikku jomblo lo. Manatau jodoh kalau kamu rawat aku.
P.s lagi. semoga yang rawat aku cewek.
Aku mengernyitkan kening. Hari gini masih aja ada hal konyol seperti ini.
"Yuk mbak, kita pilih kandang dan perlengkapan buat mumut. Nanti didalam saya jelaskan cara merawat kelinci." Si pegawai berkucir dengan santainya menyuruh saya kembali ke toko dan membeli ini itu. Ya ampun... hari yang aneh. Sambil melangkah ke arah toko aku menatap kelinci lucu ini. senyumnya manis dan...hangat. HAH? HANGAT?!
"MBAK, KELINCINYA NGENCINGIN SAYA!" pekikku pada si pegawai berkucir.
*****
kling kling cring....
"Mia, aku mau beli kandang baru buat si mumut. Udah ga nyaman lagi buat dia kayaknya" Kata ku pada Mia, pegawai yang dulu rambutnya di kucir sekarang udah hijaban.
"Nah, aku bilang juga apa mbak... maunya udah dari bulan lalu mbak beliin buat si mumut, kasian dia.."
"Ya kan duitnya baru ada sekarang, ngurusin si mumut lebih ribet dari ngurusin bayi!"
"Loh, mbak dewi udah punya bayi? kapan nikahnya mbak?"tanya mia konyol.
"Miaaaaaa udahan ah becandanya!" Mia tertawa dan lalu ke arah gudang untuk mengambil kandang big size.
kling kling cring....
"Mbak, kenal sama yang namanya Mia gak?" aku terkejut tiba-tiba bahuku dicolek seorang pria yang baru masuk ke Pet shop. Aku balik badan dan memasang wajah ketus. loh? eh?
"Aaaa.... anu..... Mia... cari mia ya? ada apa ya mas ga.. eh!" spontan aku menutup mulutku.
"Oh, kamu yang tadi pagi nelpon ya? Ibu Dewi dari Konservasi kan?" Tiba-tiba dia main tembak langsung dengan menyebut namaku. Aduh Mia... cepetan balik..
"Kok, kamu kenal saya?"
"Kan saya baca deh nama kamu, dan saya ingat dengan penelpon aneh yang pertema tadi pagi." Kata mas Gagah dengan cueknya. Sial, aku ga sadar masih pakai baju kantor dan bed nama yang menuliskan nama serta posisiku.
"Mbak ini kandangnya!aduh maaf lama ya mbak dewi!" ujar mia yang sudah balik dari gudang.
(bersambung)