Cerpen Anak : Perusak Bunga Matahari Misterius
“Mamaaaa!” Jerit Luki histeris di Minggu pagi yang cerah setelah malamnya dihuyur gerimis tipis. Mama Luki tergopoh-gopoh menuju sumber suara dari halaman depan.
“Ada apa?!Ada apa,nak?!” Mama Luki yang juga panikan juga bertanya pada Luki dengan histeris. Namun sesaat kemudian Mama Luki menyadari hal yang membuat Luki shock. Di depannya terlihat bunga matahari yang baru akan mekar berjatuhan di tanah. Sementara daun-daun lebar bunga matahari itu hilang sebagian dibagian bawahnya.
Bunga matahari di halaman depan rumah mereka murni hasil usaha Luki. Berbekal bibit bunga matahari bonus majalah langganannya, anak lelaki kelas 5 SD ini begitu bersemangat untuk menumbuhkan bunga yang menurut informasi adalah tanaman fitoremediasi yang dapat menyerap racun dari dalam tanah. Luki mengikuti semua cara yang ia tahu mulai dari menanam bibitnya sedalam 3 cm di kemasan gelas mineral bekas. Lalu setelah tumbuh daunnya 4 helai, bunga matahari kecil itu dipindahkan ke tanah di halaman depan dengan hati-hati untuk ditempatkan secara permanen. Bunga matahari yang sedang belajar berbunga pun muncul empat bulan kemudian. Lalu disusul oleh bunga-bunga matahari yang mekar sempurna. Namun kini Luki menemukan bunga yang ditanamnya telah rusak...
Luki mendekati bunga yang tingginya melebihi dirinya itu dan menatap lekat-lekat bekas batang daun yang tersisa di batang. ‘ini seperti dipatahkan, apakah ada yang sengaja merusak bunga ini?’ terka Luki menyelidik dalam hati. Ia lalu menatap mamanya yang berada di belakangnya.
“Nanti Mama telfon dengan satpam komplek ya manatau pak Joko ada liat orang asing di sekitar rumah kita tadi malam..” ujar Mama Luki berusaha menenangkan hati Luki. Lukipun mengangguk pelan dan masuk kemabli kerumah.
Hari senin pagi Luki kembali terperangah ketika akan berangkat sekolah. Daun-daun bunga mataharinya habis lebih dari setengah. Dan bunga-bunga matahari yang sedang mekar terkulai kebawah seperti ditimpa sesuatu diatasnya. Kali ini Luki tidak berteriak histeris lagi. Ia mendesis kesal dan bergumam didalam hati ‘Aku harus menemukan perusak bunga matahari ini’.
Saat pulang sekolah, selesai makan Luki langsung tidur siang agar bisa berhaga malam harinya. Dan malam hari, ia benar-benar berjaga memakai jaket dengan hoodie terpasang rapat dikepalanya dan celana panjang agar tidak digigit nyamuk. Senter kecil dan tongkat bisbol ia siapkan disampingnya untuk berjaga-jaga kalau pelaku perusakan itu muncul. Syukurlah malam ini tidak hujan. Pukul 1 malam belum ada tanda-tanda bunga matahari itu terusik. Pukul 2 dan 3 juga begitu. Luki mulai mengantuk. Tak lama ia melihat beberapa bapak-bapak dan satpam melewati rumahnya. ‘tidak mungkin pelakunya bapak-bapak ini’ gumam Luki. Luki tak dapat menahan kantuk lagi, ia tertidur menyender disela-sela bunga alamanda yang menjalar di pagar rumahnya.
Esok paginya saat adzan subuh berkumandang Luki tersentak dan terperangah. Daun-daun besar bunga mataharinya benar-benar habis! Tinggal daun-daun kecil yang menyempil dibatang bunga. Luki benar-benar ingin menangis. Ia kesal sekali. Tapi Luki tidak menyerah. Ia harus temukan perusak itu!
Sorenya Luki meminta beberapa lonceng kecil milik tetangganya Fanya. Fanya suka membuat kerajinan tangan seperti gantungan kunci atau gelan yang ada loncengnya. Lalu Luki mengaitkan loceng-lonceng itu ke benang dan melilitkan ke batang bunga matahari. Kali ini ia akan mengamati dari jendela yang menghadap ke tamannya. Malam pun menjelang. Luki menutup matanya namun berusaha agar tidak tidur. Menjelang pukul 2 ia mendengar lonceng-lonceng itu berbunyi namun sangat pelan. Seolah-olah bunga matahari ini hanya diterpa angin. Belum lagi saat itu sedang gerimis tipis. Luki menyibakkan sedikit gorden jendela. Ia melihat batang bunga matahari yang bergoyang-goyang pelan padahal tanaman lainnya tidak bergoyang. ‘Apa mungkin.... Hantu perusaknya?’ bulu kuduk Luki terasa berdiri. Namun dengan berani Luki mengambil senter kecilnya serta payung dan keluar menuju taman. Dan.....
Luki terperangah melihat perusak bunga matahari yang sebenarnya. Ternyata pelakunya adalah belasan Keong yang sedang asik merayap dan mengunyah daun-daun bunga matahari. Luki dengan geram mencabut keong-keong itu dari batang bunga dan menaruhnya di pot kosong. Tiba-tiba ia merasa menginjak sesuatu yang berbunyi ‘Krak!’ lalu ‘nyes...’. Luki segera menyinari bawah kakinya dengan senter. Semakin terkejutlah Luki melihat bahwa di rerumputan halamannya puluhan keong sedang mengarah ke bunga matahari. Malam ini Luki bekerja keras mengumpulkan keong-keong itu ke pot-pot kosong dan segera ia pindahkan ke tempat sampah yang akan diangkut Mang Jul esok pagi.
Esoknya Luki mencari tahu di internet. Keong alias Acatina fulica ini adalah salah satu binatang hama yang mengancam. Salah satunya menjadi hama padi yang dapat mengakibatkan gagal panen. Keong ini hewan noctural yang aktif dimalam hari. Meski terlihat lambat saat berjalan, dalam mengonsumsi makanan hewan ini cukup rakus. Belum lagi ia hemaprodite yaitu hewan dua kelamin sehingga perkembang biakannya sangat cepat. Apalagi dimusim penghujan seperti ini. ‘Sudahlah, akhirnya kasus ini terpecahkan walaupun pelakunya sangat tak terduga..’ujar Luki dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kalau ada yang ga bagus tolong dikasi tau ya, biar penulis bisa menyempurnakan tulisannya :)
kalau ada ide lanjutan cerita juga di terima...
Makasih :D