Badai

"Kanya, mari menari bersama ku di bawah rintik hujan." Ujar Gemal yang sedang merentangkan tangannya menengadah ke atas. Kanya mendekatinya, turut hadir dibawah titik-titik air yang jatuh dengan lembut dan rapat.
"Kau tau kan aku tak terlalu suka hal remeh seperti ini, Gemal. Apalah artinya menikmati air yang tak dapat utuh membasahimu. Tipis dan halus, rintik ini terlalu menggelikan."
"Nikmati mereka, Kanya. Rasakan aliran yang menenangkan hatimu."
"Aku tak butuh ketenangan, aku butuh badai yang melenyapkan kegundahan, Gemal."

"Gemal, ada opentrip nih ke air terjun! ayo kita ikut, aku tak sabar bermain dengan derasnya air!" Kanya mendekati Gemal yang sedang merapikan catatan kuliahnya di perpustakaan sambil menunjukkan layar smartphone-nya.
"Bukannya kita berencana kesana saat libur lebaran nanti? bersama Lili dan Nova, Kanya?" Tanya Gemal mengingat rencana mereka berempat beberapa waktu lalu.
"Ah, Lili masih ragu katanya. Dia mau lebih lama di kampung! Sedangkan Nova pasti susah izin sama Bram, Pacar posesifnya itu! Ayolah, kita saja yang pergi."
"Tak masalah sih, tapi nanti sajalah seusai lebaran. Mana tau ternyata Lili dan Nova bisa kan?"
"Yang libur lebaran lain cerita, pokoknya aku mau ikut yang opentrip ini!"
"Yasudah, pergi saja. Aku lagi unmood ngetrip!"
"Yaaah Gemal, disini syaratnya harus bawa motor sendiri. Ayolah Gemal..." Kanya berusaha membujuk. Gadis penyuka tantangan ini bersikeras agar Gemal mau menemaninya. "Lagipula... kalau kita sudah tau lokasinya, kan nanti kita bisa lebih mudah membujuk Lili dan Nova untuk kesana juga. Mereka pasti sor kalau lihat pemandangannya."
"Aaaah... Iya, iya. Kapan itu perginya?" Akhirnya Gemal menyerah. Ia sudah hafal betul sifat keras kepala sahabat sejak SD nya ini.
"Hari minggu, jam 9 sudah di Ringroad! jemput aku dari kos ya? Daaagh Gemal, aku latihan dulu!" Kanya langsung pergi bahkan tidak mengucapkan terimakasih ke Gemal. Ia langsung berlari menuju gelanggang yang tak jauh dari perpustakaan. Sementara Gemal hanya mendecak kesal dengan tingkah pola Kanya yang suka seenaknya.

Hari minggu, Gemal bersama Kanya di boncengan belakangnya sudah menyusuri jalan lintas daerah yang menuju ke salah satu ikon wisata yang ramai di bicarakan di media sosial. Rombongan bersama orang-orang baru dikenal, Kanya dan Gemal mudah berbaur dengan mereka saat istirahat di perjalanan. Tak sampai menghabiskan waktu setengah hari, rombongan mereka sudah sampai di lokasi air terjun.

Kanya langsung melepas tasnya dan berlari membawa actioncam nya menuju air terjun. Derasnya air yang jatuh tanpa segan menimpa seluruh tubuh Kanya. Kanya berteriak,
"Gemaaal!! ini yang namanya air jatuh, bukan gerimis yang sering kau elu-elukaaaaan!! Hahaha!" Tawa  renyah Kanya walau disamarkan derasnya air namun masih bisa di dengar Gemal. "Ayoooo kemari Gemaaal, tengadahkan tangan mu disini seperti yang biasa kau lakukan!" Gemal pun yang memang menyukai air segera mendekati Kanya. Menengadahkan tangannya, merasakan beban berat yang dihujamkan air pada permukaan telapak tangannya.
"Apa yang kau suka dari air yang berat ini, Kanyaa?!" Jerit Gemal mengimbangi derasnya air.
"Air deras akan membawaku pergi! menghilangkan segalanya!"Balas Kanya dengan sedikit memekik. Bersama, mereka menikmati derasnya air.

"Hooooiii gerimis, naik semua naiiik.."Teriak pemimpin opentrip bersama orang setempat memperingati para pengunjung. Tanpa ba,bi,bu, Gemal segera menarik Kanya yang susah dibilangin kalau sudah asik. Kalau sudah di cengkram keras, Kanya tak bisa memberontak. Hanya ocehannya yang masih terdengar. "Aaah, Gemal! apa salahnya kita bersama merasakan air yang kita sukai. aku menyukai air deras, dan kau menyukai rintik yang lem...."

"Air Baaah!"

Gemal masih mencengkram tangan Kanya dengan erat di tengah derasnya air yang membawa mereka. Gemal berusaha menggapai-gapai tubuh Kanya untuk mendekapnya. Memastikan agar Kanya tidak hilang dari jangkauannya namun tak bisa. Matanya tak lagi dapat dibuka, ia hanya masih merasakan tangan nya menggemggam erat tangan Kanya. Tangan satunya lagi yang bebas berusaha menggapai-gapai pinggiran sungai yang beberapa kali ia rasakan saat punggungnya terbentur ke pinggiran. Sekali lonjakan besar, Gemal dapat melihat ada celah yang cukup besar. tanpa pikir panjang, ia memaksakan tubuhnya untuk menjangkau celah itu. Berhasil, ia pun bisa mengangkat tubuh Kanya yang ringan ke dalam celah. Celah itu hanya bisa seluas setelapak kaki. Mereka tak bisa mundur lagi. Bagi Gemal, yang penting ia masih bisa melihat sosok Kanya seutuhnya lagi.

"Kanya, Kaan, Kau sadar kan?!" Kata Gemal dengan keras karena air masih mengalir deras dan hujan mulai membentuk badai. Gemal tak berani bergerak, sedikit saja terpeleset, tenaganya sudah tidak ada lagi untuk bertahan.
"ah... ya Gemal. Sepertinya lengan kananku terbentur batu. Sekarang mati rasa... Terimakasih ya Gemal, untuk tidak melepaskan tanganku." Kanya membalas dengan suara parau.
"Aku takkan pernah melepaskan tanganmu Kanya. Takkan pernah." Kanya tersenyum tipis mendengar jawaban Gemal.

Mereka masih menunggu adanya pertolongan datang. Sementara air belum mengurangi kecepatan. Tak ada lagi percakapan yang terjadi demi menghemat tenaga yang tersisa. 4 jam berlalu, belum ada tanda-tanda ini akan segera selesai.

"Gemal..."Kanya mengusik Gemal yang telihat lemas sambil sebelah tangannya yang lain mencengkram akar-akar pohon. "Gemaal!" usik Kanya sambil sedikit menyentak tangannya yang sedang di cengkram Gemal.

"Auh!" Gemal tersadar.
"Eh? Ada apa, Gemal? apa tanganmu sakit?"Tanya Kanya khawatir setelah mendengar reaksi temannya barusan.
"Iya, Nya. sepertinya pergelangan tangan ku keseleo saat menahan mu selama di air tadi."
"Kita tuker posisi saja, Mal. Aku takut karena tangan mu sakit nanti aku terlepas dari cengkaramanmu." Ujar Kanya sedikit gemetar. Ia mulai dirubungi rasa takut bila terlepas dari Gemal. Gemal berpikir sejenak. Tangannya memang sakit, tapi terllau beresiko jika mereka harus bertukar posisi di celah kecil ini. Sementara aliran air belum juga berdamai.
"Jangan, Nya. Lebih bahaya kalau kita tukar posisi. Percaya padaku, aku masih kuat. Bila kau sedikit tak yakin, lilitkan tanganmu ke akar pohon sebelahmu itu."

Kanya segera melilitkan jemari tangannya ke akar pohon sesuai anjuran Gemal. Dan mereka kembali menunggu beberapa jam kedepan. Langit mulai menggelap. Rintik halus masih setia membelai udara. Aliran sudah tak seganas tadi. Tapi terlihat masih cukup kencang. Dari kejauhan, ada lampu-lampu sorot yang bergerak acak.

"Nya, Kanya! itu ada yang datang." Sentak Gemal ke Kanya yang sedikit mengantuk karena lelah. Energi Kanya terasa terkumpul kembali saat mendengar penyelamat datang. Ia bergerak sedikit lebih aktif, terlihat berusaha berteriak namun suaranya tak keluar.
"Nya?" Tanya Gemal. Kanya hanya membuat gerakan-gerakan mulut yang sulit di baca Gemal karena pandangannya mulai kabur. Sementara Kanya terus bergerak untuk memberi isyarat pada Gemal untuk berteriak.

"Ya, Kanya. Sabarlah, mereka akan segera kemari." Kanya mengangguk pelan. Sangat pelan.

Saat rakit penyelamat lewat, Gemal langsung mengikis batu dari pinggiran dinding celah untuk meriakkan air yang terlihat mulai rata tapi alirannya masih deras. "Ada yang selamat! Ada yang selamat!" teriak seseorang dari atas rakit kala mendengar riak kecil dari arah Gemal dan Kanya. Sementara Kanya sudah mulai lemas langsung di serahkan Gemal ke tim penyelamat. Karena badan Gemal sedikit lebih berat, sehingga dengan berat hati sementar ia harus di tinggal dan tim penyelamat akan kembali lagi. Kanya yang lemas tak bisa memberontak seperti biasa. Sorot matanya menyiratkan rasa takut dan khawatir teramat dalam ketika harus meninggalkan Gemal. Gemal tersenyum dan berbisik lembut, "Tak apa, badai yang kau tunggu sudah berlalu, biar gerimisku yang menemanimu kali ini."

Rakit penyelamat bersama Kanya meninggalkan Gemal yang masih bertahan. Tapi Tuhan berkata lain, saat rakit kembali, Gemal tak lagi ada disana.

2 hari pencarian menyusuri alur, entah hidup atau mati, Gemal tetap belum di temukan. Hati Kanya menjadi di hajar badai tak henti.

Dan tak pernah ada gerimis lagi untuk Kanya karena badai yang selalu dicarinya.

-Diselesaikan di Pos Kupi, 8 Agustus 2016 - 12 April 2019-

1 komentar:

  1. Seru banget ya, Gemal dan Kanya, pasangan yang sama-sama suka ngetrip ke alam terbuka. Walaupun sayang ending-nya mereka berpisah :(

    BalasHapus

Kalau ada yang ga bagus tolong dikasi tau ya, biar penulis bisa menyempurnakan tulisannya :)
kalau ada ide lanjutan cerita juga di terima...
Makasih :D

Tags