SPEAK UP #2



Casea menatap lama buku diarynya, ia bingung ingin menulis apa. Banyak hal yang ia lalui hari ini dengan gembira. Semuanya. “Aha!” serunya tiba-tiba. Pulpen mickey mousenya menari-nari dengan lincah di Diary bergambar mickey pula.

Ry, banyak yang ingin aku ceritain. Tapi sayangnya sedikit yang mau aku tulisin di sini. To the poin aja ya…. Pokoknya hari ini sangat menyenangkan!!! ^V^

Casea meletakkan pulpenya dan membaca yang baru ditulisnya tadi. Walau hanya beberapa kalimat, itu sudah berkesan banget di hatinya. Tangannya merambat lagi menuju ke komputernya dan membuka akun facebooknya. Ia melihat Ada 8 permintaan teman. Kebanyakan dari teman-teman barunya. Casea meliha satu persatu; ada Aista dewi muaniez, -Hyka n’ Hyga-, -Hyga n’ Hyka-, Syarchie tania, Ahmad Latief....
“Hiik...?La, Latif??!”Casea setengah tersedak oleh Lasy-nya. Ia langsung meneguk air yang di sebelah bungkus Lays. Sekali lagi ia menatap lekat-lekat nama itu.
“ Eh,ini kan Cowok yang ketemu di tangga sekolah tadi. Uh… cool banget sih…”
Kata Casea setelah ia membuka info profil Latif. Senyum Casea mengembang. Lalu ia segera mengkonfrimasi Latif.



Di malam yang sama.Cowok yang relatif pendiam ini mengembangkan senyumnya setelah Facebooknya di-confirm oleh Casea. Tapi ia merasa bahwa Casea tidak mengistimewakan hal ini. Bolak-balik ia melihat profil cewek itu. Sudah nggak di pungkiri lagi, bahwa ia menyukai Casea. Sejak pertama kali mereka bertemu di tangga itu. Namun, ia tidak berani untuk bertindak apapun. Cowok penggemar Mafia awars ini hanya bisa meng-copy foto-foto Casea dari albumnya tanpa berani menyapa maupun mengomentari isi Facebook Casea.
"Ya ampun....cewek ini narsis banget sih !. hampir semua fotonya hanya berisi dia sendiri. Ckckckck” Latif geleng-geleng kepala melihat foto-foto Casea. Bayangkan, ada 2 album berisi foto Casea semua. Satu lagi berisi Ryeo wook artis korea pujaannya, dan tokoh kartun Mickey mouse.



“ Bunda....Ea berangkat dulu ya....! Assalamualaikum!” seru Casea sambil mencium tangan bundanya. Ea adalah nama kecilnya yang masih selalu ia pakai kalau berbicara dengan orang yang lebih tua.
“ Wa,alaikum salam, hati-hati ya Ea…!” kata Bunda Casea setelah mencium putri bungsunya itu. Kakak Casea sekolah di Pesantren. Jadi, Casea selalu di jaga dan di perhatikan layaknya anak tunggal oleh orangtuanya kalau kakaknya tidak dirumah.
“Ea...cepat! nanti terlambat!.” Seru ayahnya dari luar.
"Iya,iya..ini juga dah cepat !" seru Casea sambil menenteng tas, tas mukena dan sepasang sepatunya yang gak sempat ia pakai di teras. Ia berlari ke mobil ayahnya.
Casea membuka jendela mobil. Ia sangat menikmati udara kota medan yang masih segar. Tidak sesumpek kota Jakarta yang empat tahun lalu ia tinggal di sana. Ayahnya seorang manajer di telkom. Jadi ia dan keluarganya sering berpindah-pindah tempat dikarenakan pekerjaan ayahnya. Sedangkan Bundanya, seorang psikolog terkenal merangkap sebagai dosen sastra bahasa inggris di sebuah universitas di Medan. Sebelum mereka pindah ke Medan, kakaknya Riardha wahda karina yang biasa di panggil Arin, sudah lebih dulu masuk pesantren di kota Medan itu.
Tidak berapa lama kemudian pintu gerbang Badrun Aini yang di hiasi ornamen tumbuhan merambat itu sudah di depan mata. Setelah sampai di dekat tangga utama, Casea segera turun dari mobil jazz biru tua itu. Tak lupa ia menyalami tangan ayahnya tersayang sebelum turun.



Istirahat siang. Casea duduk santai ruang perpustakaan yang lengkapi karpet empuk dan bantal-bantal kotak yang sama empuknya pula. Perpustakaan itu termasuk sangat nyaman. Dengan di lengkapi permainan Catur 4 kotak, Scrabble 2 set, ular tangga dan pastinya buku-buku cerita juga ensiklopedia terbaru. Casea membaca komik Conan sambil menguyah keripik yang ia beli dikantin tadi. Sebenarnya di dalam perpustakaan itu sudah ada tulisan "don’t eating in library". Ck…ck…ck…nakalnya Casea!. Disampingnya terdapat pula buku-buku yang ia rasa menarik untuk di bacanya. Padahal ia sendiri tidak yakin bisa membaca semua buku itu selama waktu istirahat. Casea yang aneh.
Tak lama kemudian Latif masuk ke perpustakaan. Ia di suruh pak Deja mengambil ensiklopiedia untuk bahan pelajaran kelasnya nanti. Latif celingak-celinguk mencari rak yang bertuliskan "ENSIKLOPEDIA". Ia belum sadar bahwa Casea duduk manis di sebelah rak paling ujung. Setelah dapat rak yang di maksud ia segera mencari buku perkembangan tubuh manusia. Tapi sayangnya judul yang ia cari tidak ada di tempatnya. Latif pun berinisiatif bertanya dengan ibu Uti, penjaga perpustakaan.
"Bu, buku perkembangan manusia ada di mana ya, bu ?" tanya Latif.
"Sudah kamu cari di tempatnya, nak ?" Kata ibu Uti yang masih sibuk dengan stempel dan sampul-sampul bukunya.
"Sudah bu, tapi tidak ada di tempatnya" kata Latif lugu.
"Oh, ibu baru ingat !tadi ada anak perempuan yang mengumpulkan beberapa buku, mungkin buku yang kamu cari ada bersamanya. Coba saja tanya sama dia" kata bu Uti yang mulai meramah.
"Anaknya yang mana yang bu ?" tanya Latif lagi.
"Itu, yang duduk di sebelah rak ujung." Jawab bu Uti yang kembali tenggelam di sela-sela buku-buku yang baru di sampul.
Latif berjalan ke arah anak yang duduk di rak ujung. Anak itu membaca sambil menunduk, sehingga wajahnya yang terbalut jilbab putih panjang menjadi kurang kelihatan. "Kayaknya aku familier banget sama anak ini" ucapnya dalam hati. Disebelah anak itu terdapat dua buah novel dan Ensiklopedia yang di cari-cari Latif. Dengan ragu Latif mendekati anak perempuan itu .
"Hei, boleh pinjam bukunya ?” Cewek itu memalingkan muka. Dan wajahnya sedikit terkejut. Begitu pula Latif. Ia pun tak menyangka bertemu Casea sedekat ini. Casea masih terbengong. Latif segera menguasai diri dan bertanya lagi.
”Casea kan ? boleh pinjam bukunya ? ” tanya Latif dengan wajah sedikit merona. Casea tersentak dan sedikit tergagap menjawab pertanyaan Latif
” Eh, oh, buku ya ? buku yang mana ? ” tanya Casea balik.
”Yang ini. Perkembangan tubuh manusia ” jawab Latif singkat tanpa embel-embel lainnya. Wajahnya semakin merona. Ia segera mengambil buku tadi dan langsung mendatangi bu Uti untuk mencatat buku yang di pinjamnya. Dan ia segera meninggalkan perpustakaan itu. Sementara Latif senang, Casea merasa terpukul. Casea merasa bahwa latif tak suka dekat-dekat dirinya. Sehingga tanpa basa-basi ia meninggalkan Casea tanpa mengucap kan ‘terimakasih’ atau ‘ deluan ya’ atau yang lainnya.
”ukh, gak usah di ambil pusing lah ” ujarnya pelan dan sedikit kesal.




Pagi itu Casea turun dari mobilnya dengan lesu. Masih terbayang-bayang kejadian yang menurutnya menyebalkan dua hari yang lalu itu. Setelah menyalami ayahnya ia berjalan menaiki tangga ke lantai tiga. Sesampai di lantai tiga Casea tak sengaja berpapasan dengan Latif yang belawanan arah dengannya. Latif masih dengan gayanya yang selalu menunduk, melirik sejenak ke arah Casea. Yang di lirik karena masih kesal, sedikitpun tak menatap Latif. Ia malah ‘say hello’ dengan Arham dan Bima yang baru datang dan berjalan tak jauh di belakang Latif.



Setelah jam makan siang, Casea termenung sendiri berjalan tanpa arah tak menentu (jiaaa… puitis banget!). Aista, sohibnya yang paling gokil itu, sibuk mengurus pendaftaran klub-klub yang beraneka ragam.
“ Huft, si Aista udah milih klubnya, aku milh klub apa ya?” gumam Casea bingung. Tiba- tiba Casea melihat pupen yang masih utuh di depannya. Pikiran usilnya seperti biasa mulai beraksi. Casea segera mengambil ancang-ancang akan menendang pulpen itu. Tapi, begitu ujung kakinya akan menyentuh pulpen, sekilas Casea melihat Latif di ujung seberang koridor. Ia refleks menghentikan niatnya. Akibatnya, karena kaesimbangannya gak stabil… “GEDEBAM!!”, Casea berusaha bangkit,“aduh-duh… kepalaku yang malang. Huwee… hiks! sakit…”. Sementara itu Latif yang berniat ingin menolong, setengah berlari mencoba mengahpiri Casea. Sayangnya dewi Fortuna tak berpihak kepadanya. Casea langsung berdiri dan membersihkan roknya dan mengusap air matanya yang sudah mengalir di wajahnya. Lalu ia langsung berlari karena melihat Hyka dan ingin menghampirinya. Latif geleng-geleng kepala melihat Casea. “Hmff.. Padahal baru jatuh, pake’ nangis lagi. Tapi langsung lari-lari lagi? Dasar ceroboh…” Latif ngikik sendirian di dekat pintu koridor.



“Hyka!,mau kemana?” Casea memanggil Hyka yang berjalan santai di koridor. Hyka menoleh.
“ Mau ke perpustakaan, ada apa?” tanya Hyka lembut. Hyka ini memang perfect sekali menjadi cewek. Udah baik, lembut, gak suka cari masalah, dan bisa berbaur di setiap tempat.
“Ikut...”Casea menggelayut manja di lengan Hyka.
“Dasar…si manja satu ini…. Boleh kok, yuk” Hyka tersenyum. Mereka lalu berjalan beriringan.
“Tumben, gak sama Aista?” tanya Hyka.
“Memangnya aku sama Aista tuh prangko sama amplop? Sekali-sekali cari suasana baru gitu” jawab Casea santai.
“Kamu lagi berantem ya sama Aista?”
“Enggak kok… gak boleh su’udzhon begitu dong. Aista lagi daftar klub voli dan mau gabung sama SmpTown band” tutur Casea.
“kok gak kamu temani?”
“Males ah, nagapain aku terpelongo di sana ngeliatin anak-anak yang ngedaftar? Kurje’ ah!” omel Casea. Tak terasa mereka sudah sampai di perpustakaan.
“Kurje’? apaan tuh?”,tanya Hyka sambil melepas sendalnya dan menyusunnya di rak sendal.
“Kurje’ itu singkatan dari kurang kerjaan…”
“Oooh”,Hyka mulai menyusuri rak buku dan mencari buku yang asyik di baca. “ Kamu mau ikut klub apa Cas?”
“ aku? Hmm… belum tau tuh, enaknya ikut apa ya, ka?” Casea bertanya kembali pada Hyka. Hyka berjalan menghampiri Casea dan menyenderkan bantal Minnie Mouse ke belakang punggungnya.
“ kalau aku sih, gak terlalu tertarik sama klub-klub gitu. Tapi kalau harus di suruh mengikuti… aku pilih scrabble klub sama ping pong aja deh.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau ada yang ga bagus tolong dikasi tau ya, biar penulis bisa menyempurnakan tulisannya :)
kalau ada ide lanjutan cerita juga di terima...
Makasih :D

Tags