Koyak

Masalah hidup terkadang amat menyakitkan
hal yang sebenarnya bisa diraih terpaksa terhenti
karena pagar tinggi yang terbangun spontan
untuk menghancurkannya butuh setengah tahun lagi
sementara ibu dan ayah akan datang pekan depan

Bila mereka tau
aku hanya mampu menangis
menelan pahit
ancaman dan tekanan
hanya itu yang kuterima

Lembaran-lembaran rupiah yang berdarah
mengucur dari keringat tanpa rupa
dalam hati semua, aku juga mereka gelisah
akankan kehidupan ini terus berjalan bahagia?

Hati ku sedang tekoyak-koyak
siapa sangka di balik topeng yang ceria
sensitifitas perasaanku tinggi beriak
alter ego yang menjadi rahasia

Seseorang, Aku butuh bersandar
Pada Tuhan aku meminta.


Sajak-Sajak Kehidupan

Sajak-Sajak

//Kadang aku terlalu takut merindu/
Bagaimana bila ia tak tersamarkan saat bertemu//

//Kadang aku terllau takut untuk kembali/
Kembali merasakan jatuh cinta/
Merasakan saat dunia hanya ada dirimu semata/

Lalu lainnya nyaris tak berarti//

Menari Bersama Malam

Jam telah menujukkan waktu 00.00 WIB. Bukannya mulutku yang menggeliat, tapi mata ku yang masih aktif bergerak. Ku katupkan kelopak yang memiliki gen mongoloid, tapi apa daya bola di dalamnya terus bergerak tak ingin berhenti.

Kaki dan tangan ku pun mulai bergerak, mencari apa-apa yang bisa ku lakukan, yang bisa ku sentuh dan ku pereteli. Aku mencari kopi ke dapur, padahal aku tidak suka kopi. Entahlah, aku hanya ingin menyesap kopi seperti orang-orang di luar sana yang terlihat begitu menikmati kopi. Padahal, saat aku meneguk cairan hitam itu, jantungku langsung berdebar kencang dan terasa menyakitkan. Debaran itu terasa seperti menggedor-gedor ruang dadaku. Adrenalinku serasa di pacu dengan paksa. Dan malam ini, aku tak kapok juga. Jantungku terasa begitu sakit. Tapi biarlah, toh nanti 'berhenti' dengan sendirinya.

Aku masih mencari-cari dalam selimut angin malam yang menusuk. Susu. Aku suka susu. Mungkin secangkir susu coklat hangat akan menenangkanku. Bodoh, coklat memberi energi, bukan melemaskan. Seharusnya ku campur bius atau sianida biar aku bisa 'tenang'?

Sekarang 03.19 WIB. Suara dentingan tongkat yang di pukul ketiang listrik sebanyak tiga kali barusan aku dengar. Bapak ronda baru saja melewati daerah rumahku. Sudah tak mungkin lagi aku tidur, atau aku tak bisa bangun untuk pergi berhajat. Sekitar 1-2 jam lagi takkan terasa aku akan segera mendengar suara mengaji dari menara mesjid yang baru di bangun setinggi mungkin. jauh lebih tinggi dari pada tempat peribadatannya sendiri.

Kelopak mataku mulai melemas, namun mulutku tak kunjung menggeliat. Dan ragaku masih tetap aktif bergerak. Tapi ketika aku menutup kelopak. Aku tak pernah lagi melihat pagi.

Malam terlalu mencintaiku.

Review Buku Menjadi Wanita Paling Bahagia

Hai Ladies! di jaman hedonisme begini apa defenisi bahagia bagi kamu? bisa belanja apa aja, hidup ga usah kerja, punya pacar atau suami kaya raya. Sad but it's reality.

Menjadi wanita paling bahagia


Sebagian orang yang tak memiliki 3 hal itu mungkin akan mengira bahwa mereka yang memiliki itu semua telah menjadi orang paling bahagia di dunia. Sekali lagi, bahagia di dunia. Namun bagaimana kalau kita munculkan opini-opin seperti ini, 'dia takut suaminya selingkuh karena punya banyak uang, dia takut tersaingi tetangganya yang punya barang lebih mahal, dia takut kerja karena kuku-kuku perawatannya bisa rusak' terlalu banyak ketakutan dalam hidupnya. 

Lalu, bagaimana menjadi wanita paling bahagia dunia akhirat? Kamu mesti baca buku menjadi wanita paling bahagia karya dr. aidh al-qarni terbitan Qisthi press!

Begitu buka halaman persembahan langusng membuat hati ini meleleh.

Buku ini kupersembahkan,

untuk setiap muslimah yang rela Allah sebagai Tuhannya, islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai utusan Allah.

Untuk setiap wanita yang meniti jalan yang lurus dan membawa risalah kebenaran.

Untuk setiap wanita pendidik yang berjuang menegakkan supremasi risalah kebenaran, bergulat dengan nilai-nilainya, dan mensucikan dirinya.

Untuk setiap ibu yang mendidik anak-anaknya dengan ketakwaan, membesarkan mereka dengan sunnah Nabi, dan menanamkan kepada mereka benih cinta terhadap budi pekerti luhur.

Untuk wanita yang berduka:
berbahagialah dan bergembiralah dengan kemahaluasan yang begitu dekat, dengan bimbingan Allah, dengan keagungan pahala, dan dengan pengampunan dosa.

Kalimat terakhir yang membuat saya memutuskan membaca buku ini lembar demi lembar tanpa dikelang sampai selesai.

Halaman berikutnya adalah daftar isi yang memiliki bab menarik. Setiap judulnya membuat para wanita materialistis akan terhanyut menelusuri setiap judul. Begitu pula dengan saya. karena daftar isi ini bertuliskan berbagai perhiasan: Batu Permata, Batangan Emas, Kalung Emas, Permata, Berlian, Mutiara, Zamrud, Yaqut, Nilam, Cincin, Batu Mulia, Manikam, Intan, dan Kristal.

Kenapa harus perhiasan? menurut penulisnya ia ingin agar buku ini menjadi kotka harta karun yang penuh perhiasan bagi para wanita untuk memperelok dirinya dengan sebutar keindahan, kilauan kecantikan, cahaya kebenaran, yang melebihi kilatan emas bersepuh dan keindahan perak terasah. 

Namun jujur dari hati terdalam, saat saya pribadi membacanya, setipa berhasil menyelesaikan satu bab saya merasa berharga. Lalu masuk ke bab dengan nama perhiasan lainnya, saya semain bernafsu menjadikan diri lebih mulia daripada batu-batu yang di muliakan banyak orang.

Buku ini bukan buku cerita, novel, fiksi atau apalah itu namanya. Bukan juga buku motivasi agar orang bisa memperkaya diri. Bukan pula buku hipnotis yang menjadikan pembacanya berangan-angan terlampau tinggi. Dan bukan pula buku nasihat dengan petuah-petuah membosankan untuk para wanita modern. Buku ini, adalah pelengkap hidup. Pelurus akhlak, yang di sadur penulisnya dari Alqur'an, hadist, doa-doa dan sirah nabawiyah.

Setiap kalimat yang digunakan begitu romantis, menghanyutkan dan menggoda wanita mana saja. seperti kalimat pembuka ini. Ya dan Tidak

Ya

Ya untuk setiap senyum indahmu yang membangkitkan cinta dan memberikan kasih sayang kepada orang lain.

Ya untuk kata-kata baikmu yang membangun persahabatan dan menjauhkan rasa dengki.

Ya untuk derma yang membahagiakan si miskin, menyenangkan orang fakir, dan mengenyangkan perut yang lapar.

Ya untuk medaras al-Qur'an, merenung dan mengamalkan kandungannya, bertobat dan memohon ampunan.

Ya untuk dizikir dan istigfar yang banyak, memanjatkan doa dan meluruskan tobat.

Ya untukmu yang mendidik anak-anakmu dengan agama, mengajarkan sunnah Nabi dan memberi mereka petunjuk tentang apa-apa yang bermanfaatk bagi mereka.

Ya untuk rasa malu dan hijab yang di perintahkan oleh Allah. Itu adalah cara untuks elalu terjaga (dari pandangan kotor).

Ya untuk bergaul dengan wanita-wanita baik yang selalu takut pada Allah, mencintai agama, dan menghormati nilai-nilai agamanya.

Ya untuk berbuat baik kepada orangtua, menyambung persaudaraan, menghormati tetagga dan menyantuni anak yatim.

Ya untuk bacaan yang baik, dan telaha yang bermanfaat bersama dengan buku yang baik dan mengandung pelajaran.

Tidak!

Tidak untuk usiamu yang habis utnuk hal-hal yang tidka perlu: membalaskan kesumat dan berdebat kusir hal yan tak ada perlu.

Tidak untuk menomor satikan dan menimbun harta benda, hingga harus mengorbankan kesehatan, kebahagiaan hati, tidur nyenyak dan isitrahatmu

Tidak untuk selalu mencari-cari kesalahan dan menggunjing orang lain serta melupakan kesalah dan aib diri sendiri.

[........]

Lanjutan dari Tidak! masih ada 7 poin lagi yang tidak saya tuliskan karena nanti keterusan menulis satu buku. Entahlah, memabaca buku satu ini membuat saya yang sebelumnya merasa buntu karena terlalu banyak melihat hal tidak penting di smartphone menajdi memiliki ketertarikan kembali untuk membaca buku. Saya mengutip beberapa Quote yang banyak sekali terdapat pada buku berbobot ini.

Emasmu adalah agamau, perhiasanmu adalah budi pekerti mu, dan hartamu adalah sopan santun mu

Seorang wanita yang berpikir, akan mengubah padang pasir menjadi kebun yang indah.

Jangan ceritakan beban hidupmu kecuali kepada orang-orang yang membantumu dengan pikiran dan ucapan demi sebuah kebahagiaan

Ratapan tidak akan mengangkat kapal dari dasar laut

Terkadang manusia menyesali ucapannya, tapi tidak pernah menyesali kenapa dia diam

Inilah sebagian yang dapat saya tuliskan dari buku setebal 304 halaman dengan hard cover seperti novel-novel klasik. 

Selamat menjadi wanita paling bahagia!




Sebuah Rindu Tanpa Ruang

Dulu,
Di ruang waktu
Kita pernah bersama
Sebelum sukma dan raga bertemu

Dulu,
Di ruang waktu
Emosi sunyi mengartikan banyak hal
Untuk menemukanmu di ribuan semu


Mu, untuk mu yang terpisah
Kucari depa demi depa
Dalam hampa tanpa jarak
Setelah raga menapak

Mu, dalam dulu
Saat lauh mahfuzd menuliskan nama kita

Kita

Raga dan sukma telah menyatu
Segera kita kan bertemu

Angkuh

Dulu.... pujian haus kudapatkan
Dulu.... melambung tinggi dalam harapan
Kenyataan
Membungkam

Buang saja semua itu

aku terlalu angkuh meninggalkan masa lalu

Yang baru.

Keledai Bodoh

Aku seperti keledai bodoh
yang jatuh pada lubang yang sama

aku hanya berusaha untuk percaya
salahkah?

Terperdaya
atau aku yang memang terbiasa?

siapa tuan dari keledai bodoh itu?

Empty room, 6 Febuary 2016

Heart Attack

Hai dunia, apa kabarmu?
Di berita katanya kau semakin memburuk saja
Aku tak perduli
percuma, tiada solusi
karena pada akhirnya aku akan mati
dan hanya jasad yang ku tinggalkan disini



Hai dunia, mengapa kau jadi sekejam ini?
mungkin kau membalas perlakuan kami
manusia-manusia keji
yang lupa diri
sehingga bencana beruntun kau limpahkan di permukaan bumi




Hai dunia, bolehkan aku meminta?
walau aku tahu tak pantas meminta pada dunia
seharusnya aku meminta pada yang Kuasa
Namun raga ku, seolah kepadamu memuja

Hai dunia, lembutlah sedikit untukku
akhir-akhir ini aku semakin kacau
rapuh dalam sendu

Hai dunia, Hai dunia
Hai dunia

Selamat Tinggal

Cerpen - Suatu Hari di Dunia Peri

HHAH!
Pagi itu aku bangun dengan dada yang terasa sesak. Sebuah mimpi. Bukan mimpi buruk sebenarnya tapi ini membuatku menjadi buruk. Aku memimpikanmu....

Tiba-tiba aku berada dikolam peri bersamamu. Harum lumut semerbak merasuk ke jalur pernapasanku. Airnya berwarna biru cerah meski atap langit ditutupi rimbunnya daun semak liar. bebrati ini bukan pantulan dari atap bumi, namun alga biru memancarkan sekresi dari permukaannya. Substrat pasir menggelitik dua pasang kaki telanjang yang bernaung di atasnya. Kita bersama hanya berdua di bawah langit Tuhan yang berkuasa.

Bersama tanpa suara hanya hembusan angin yang berbicara. Kicau burung bergema dan gesekan daun menjadi musik yang memanjakan telinga. Tanpa saling tatap kita berjalan menuju arah yang sama.
Pic by: Soraya Pertiwi

Sebuah kursi tua yang terlihat lapuk menjadi pilihan. Dingin serasa menusuk tulang belakang. Bersamamu semua menjadi terasa hangat. Kita masih diam seolah terikat menjadi bagian dari tumbuhan yang tak bergerak. Aku masih menunggu kemana alur mimpi ini berlanjut.

Hmmmm....

Sebuah tarikan nafas berat.

"Sadarkah kau ini sebuah mimpi?" Tanyamu tanpa menoleh kepada ku. Aku menggangguk pelan sambil memain-mainkan kaki ku, menendang-nendang udara.
"Sial, aku pun sadar ini mimpi. Berarti saat kita terbangun kita akan tahu bahwa kita terjebak di mimpi yang sama."

Aku menoleh cepat dan secara bersamaan kamu juga menoleh.

"Mak, maksudmu ini benar-benar kamu dan sekarang kamu sedang berbaring di tempat lain?" tanyaku sedikit tergagap.
"Bila responmu seperti itu, berarti ini benar adanya." Jawabmu lalu kau lanjut. "Aaaaah.... dari semua wanita dalam kehidupanku kenapa aku harus terjebak dengan teman masa kecilku yang merusak persahabatan dengan sebuah perasaan sesaatnya?"

"Apa maksudmu dengan sebuah perasaan sesaat? dan kenapa kau bisa berbicara selugas itu? selama ini kau tak pernah mengatakan hal yang akn menyakiti perasaanku!"

"Mimpi ini tak nyata, dan aku juga hanya berbicara dengan imajinasi yang ku bangun dalam perasaanku. Ayolah, tidak mungkin benar ada orang yang terjebak di mimpi yang sama apalagi di tempat seindah ini. Aku membangun dunia khayalku sendiri. Dan kau juga berada dalam khayalanku."

Bulir mataku hampir jatuh setelah kata-katanya menguasai perasaan yang telah kukubur dalam tempo dulu.
"Ba..baik kalau menurutmu aku adalah khayalanmu, setelah aku menyatakan perasaanku dulu ada yang kau rasakan?"
"Sakit!" jawabmu keras.
"Harusnya sejak dulu dirimu sadar bahwa tak mungkin seorang perempuan dan lelaki yang bersahabat dari kecil tak punya perasaan ingin memiliki sedikitpun. meski ada peluang hanya bertepuk sebelah tangan tapi tolong jaga perasaanku! segampang itu kau pergi dengan lelaki yang belum tentu tidak akan menyakitimu!"

Sudah. Jatuh sudah air mata ku.
"Aaaah dan kini khayalanku menangis. Aku yang membuatnya menangis. Baguslah, selama ini aku hanya menghetikan tangisan mu yang disebabkan orang lain."

"Dimana?" tanya ku parau.
"Apanya?"
"Sekarang kau ada dimana?"
Kau terdiam sejenak.
"Disini. Aku disini. Sampai lusa."
"Baik, aku akan mencari tempatmu dan menemuimu esok. Mimpi ini sudah usai. Saat kita terbangun kita akan terjebak lagi di dunia nyata."
******
"RAKA!"
"Ri..sa? Risa!" 
Aku berlari menjejaki pasir sungai yang diselimuti alga biru. dingin yang sama, gema kicau burung yang sama dan musik dari gesekan daun yang sama. Dan aku menghambur ke pelukan Raka yang menghilang dari pandanganku selama 2 tahun.

"Bagaimana bisa kau menemukan tempat ini?" tanya Raka sambil mendekapku erat.
"Peri yang menuntunku kemari."

Tags