Perempuan dan Dinamika Perasaan
Sederhana
Hanya si Cantik yang Boleh Bertingkah Imut
sejatinya begitulah dunia bekerja
tak perlu menulis lebih banyak kata
semakin diungkapkan
semakin terasa ketimpangan
Pemandangan dari Cafe
Cemas Cemas Cemas
Ada hari dimana rasa cemas memenuhi dada
Terasa sesak dan berat meski tak ada apa-apa
Seperti ada udara besar di ujung kerongkongan
Membuat rasa mual pada setiap pandangan
Entah karena berita-berita begitu jahat
Sementara Tuhan beri aku begitu banyak kesenangan
Entah aku sebenarnya dalam ujian berat
Berbalut tawa dan tak ingin lepas dari kenyamanan
Seperti orang buta rasanya berjalan di dunia
Minta dituntun oleh siapa saja, kapan saja
Saat tidak ada yang menarik lengan kurus ini
Diri kembali bersantai dan tak ingin pergi
Ada panduannya, tapi tak dibaca
Ada panutannya, tapi dilihat saja
Ada hadiahnya, tapi seperti tak berusaha
Ada hukumannya, tapi pasrah juga
Duhai Pencipta, sungguh ku takut akan hukuman dunia
Duhai Pencipta, juga ku takut hari penghakiman selanjutnya
Duhai Pencipta, aku tak tau sekarang apa yang aku rasa
Duhai Pencipta, sebenarnya kemana arah diriku ini tercipta
Ini hari aku dirundung gundah gulana
Esok hari, kembali lupa.
Ah....
Bagaimanapun, aku pinta pada Sang Pencipta
untuk takperah menghilangkan arah hanya kepada-Nya
Anaknya Mama Papa
Siapalah aku menulis-nulis dan bersyair
Tak ada pada diriku darah penyair mengalir
Siapalah aku ingin berbicara soal sikap berpolitik
Tak ada ada pada diriku diajarkan bermain dengan taktik
Siapalah aku ingin jauh berpetualang
Tak ada menurun dari leluhur berani keluar kandang
Siapalah aku dimata anak cucu
Karena aku, tak berani mencoba lebih dahulu
Sibolangit, November 2025
Tags
- Cerpen (40)
- HST (5)
- Melodi Kata (113)
- SPEAK UP (3)
- Teriakan Kata (7)