Yang, Sudah. Tidurlah.

Semakin malam, semakin liar kepalaku berpikir. Menulis, menghapus, menulis sajak-sajak yang terlintas dalam pikiran lalu mencoret beberapa huruf, kata, satu kalimat penuh. Meremas kertas, membuangnya ke lantai dingin dari pawana. Mengambil kertas baru, mencoret, memungut remasan tadi, membuka dan menyalin beberapa kata kembali.

Kafein. Pecandu mencibir mereka yang terjaga lewat tengah malam karena meneguk satu sloki espresso dengan susu kental manis satu gelas.

Mata sudah berat, ayal menulis kembali. 

Neuron-neuron masih saja saling berkelakar melempar impuls, bergosip kasus terbaru atau mempertanyakan apakah pedang takkan bisa lagi menghujam musuh apabila digunakan untuk mengiris bawang sebelumnya. Kenapa pula bisa begitu, entahlah, mungkin tukang masak sudah tak ada pisau untuk membuat masakan para prajurit, karena tumpul semua setelah memotong bawang.

Dendrit menari-nari. Menggapai teman lain yang juga masih dibawah pengaruh kopi terbaik menurut pemilik ladang.

Pikiran semakin liar, bukan terhadap hal negatif. Tentu. Karena kaki masih mencecah, artinya kita dipengaruhi geotropisme positif.

Apa kubilang, tulisannya ini semakin merajalela, bukan?

Lalu kenapa kau masih disini? Mengajakku beristirahat, wah tidak bisa. Dopping ku belum habis. Bisa-bisa bila ku paksa lelap, aku akan salto dalam tidur.

Yang, sudah.

Baik.

Sampai jumpa sebelum mentari menari, bisakan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau ada yang ga bagus tolong dikasi tau ya, biar penulis bisa menyempurnakan tulisannya :)
kalau ada ide lanjutan cerita juga di terima...
Makasih :D

Tags