Kau Tak Sempat - Cerpen Romantis

  

Entah apa yang sedari tadi aku lakukan di kamar. Men-scroll keatas dan kebawah lalu mengklik sembarang pada layar laptop ku. Sesekali mengesap kopi hitam dengan tangan kiri ku. Ah, kalau dia tau, pasti ia akan mengomeli ku dengan tulisannya yang khas.

‘Tangan kiri itu tangannya setan loh,Bang’

 Tapi, mana mungkin dia bisa tau aku minum pakai tangan kiri sekarang. kalau aku tak memberitahunya. Bertemu saja belum pernah. Tapi, aku sudah mengenalnya jauh lebih dalam dari orang-orang yang setiap hari bisa bertemu langsung dengan dia. Keluarga, teman-teman, kesehariannya, tempat tinggalnya, sampai tipe orang yang disukainya pun aku tau.

“Tok,tok”

“Siapa?masuk aja gak di kunci.” ujar ku tanpa menoleh ke arah pintu.

“Krieet” terdengar pintu kamar ku di buka.

“Eru nih bang, abang ada kertas HVS? HVS Eru habis bang.”

“Punya Galih?” Tanyaku sambil mengambilkan beberapa lembar HVS dari laci meja.

“Tinggal dikit bang, dia pun malam ini mau nge-print tugasnya juga, takut gak cukup katanya.” Eru menerima kertas dari ku. “Makasih ya, Bang.” Eru segera beranjak pergi namun ekor matanya menatap sesuatu di rak bukuku.

“Eh,bang? Undangan siapa nih bang?”Eru menujukkan undangan itu lalu meletakkannya di sebelah cangkir kopiku. “Temen jauh.” Kata ku singkat.

“Tapi alamatnya dekat kok ini bang. Masih satu kota nya. Apanya yang jauh? Abang ini la, hahahaha. Eh,aku boleh ikut gak bang?lumayan makan enak di bulan tua,hehehe.”

“Boleh.”Jawab ku pendek.”Tapi jangan ajak Galih ya. Dia malu-maluin kalo di bawa ke pesta.”

“Hahaha,oke deh bang!Aku balik ke kamarku dulu ya. Makasih HVS nya!” Eru pun keluar dan menutup rapat kembali pintu kamar ku. “Yo” jawab ku pelan. Entah di dengar Eru atau tidak.

Lagi, aku menyeruput habis kopi hitam ku dan melirik undangan itu. Perkenalan ku dengan dia 4 tahun yang lalu,terlintas di ingatanku.

***

Umur ku 22 ketika aku sibuk berkutat dengan skripsiku. Sudah jalan 1 bulan dari aku memulai tugas akhir ini. Selama 6 bulan terakhir aku fokus kepada kuliahku. Aku harus segera menyelesaikan pendidikan ku dan kembali ke kampung halamanku untuk menerapkannya. Yah,dimana lagi bisa aku aplikasikan ilmu pertanian ini kalau tidak di lahan bapakku?

Semula aku tidak percaya apa kata orang-orang betapa jenuhnya mengerjakan skripsi. Tapi sekarang aku baru merasakannya. Berbeda dengan kuliah setiap hari, saat skripsi aku serasa terisolasi dari manusia. Temanku berganti jadi Buku-buku tebal,catatan penelitian,tumbuhan di lahan penelitianku, jurnal orang lain dan laptop yang sudah menemaniku dari semester 1. Paling manusia yang ku temui selama sebulan ini hanya petugas perpustakaan,petugas adminitrasi kampus dan dosen pembimbingku.

Iseng aku Me-Minimize dokumen skripsi ku dna membuka Blog yang sudah tidak kuisi lagi kurang lebih selama setahun. Viewer nya jauh menurun dari masa-masa ketika aku rajin mem-posting tulisan pada Blog ku. Posting terakhirku bercerita tentang salah satu jenis tanaman yang dapat merusak tanaman lain. Dan aku lihat komentar yang masuk. Entah kenapa aku tertarik dengan salah satu komentar,

‘ah,seperti manusia ya. Kelihatannya warnanya sama tapi dia bisa mengubah warna orang lain. Layaknya tanaman yang berwarna hijau semua ttapi salah satu yang hijau dapat membuat tanaman lain coklat alias kering.’

Dahi ku mengkerut.’filosofis banget ini orang’ pikirku saat itu. Aku klik namanya yang tertuilis di kolom kometar. Dia memakai nama user ‘Bintang’. dan internet membawa ku menuju profil Blognya. Lalu aku membuka Blognya.

BINTANG.

KADANG TAK TERLIHAT TAPI TETAP BERSINAR.

Aku melihat-lihat postingannya yang baru berjumlah 4 post. Aku rasa dia baru punya Blog. Dan aku membaca psotingannya yang terakhir. Ternyata dia seorang mahasiswi baru di salah kampus yang terletak di kota yang sednag aku tinggali sekarang ini. Dia mahasiswi jurusan filsafat. Pantas saja bahasanya sedikit aneh, ternyata memang dia mengambil salah jurusan yang cukup langka di indonesia itu.

Sebagai seorang Blogger gentlemen, akupun meninggalkan jejak di Blog yang aku kunjungi.

‘ciye,ada maba nih. Salam kenal dari mahasiswa tingkat akhir’ Begitu isi jejak yang aku tinggalkan. Setelah itu aku menutup jendela mozilla dan kembali fokus ke skripsi ku.

Beberapa hari kemudian entah kenapa aku kembali terinngat dan penasaran apakah pesanku di balas oleh mahasiswi filosofis yang menggunakan nama Bintang itu. Dan saat aku membuka Blog serta beberapa media sosial milikku, aku mendapatkan kejutan yang lebih dari yang ku harapkan. Facebook ku di Add dan Blog ku telah di follow oleh seseorang bernama Yuna Chairunissa. Ternyata Yuna ini lah pemilik Blog ‘Bintang’. Satu hal yang aku kagumi pertama kali dari dia, dia tidak memakai nama facebook yang sedang ngetren kala itu. Dia tidak membuat nama Facebooknya dengan ‘Youna cantiEq eN Im03th’ atau ‘Yunayangcllalumelindu’. Dia cukup dengan nama lengkapnya saja.

Ketika aku melihat Blog Yuna beberapa hari yang lalu, aku tidak memperhatikan postinganya yang lain. Ternyata akulah yang pertama kali berkomentar di Blog dia sehingga dia kembali ke Blogku dan ingin berkenalan denganku lewat sosial media. Dia belum ikut dalam komunitas Blog manapun. Sedangkan Blog saat itu tidak terlalu ngetren di masyarakat awam sehingga teman-temannya pun tidak tahu kalau Yuna memiliki Blog. Wajar saja kalau tidak ada yang meninggalkan jejak di Blognya.

Sejak saat itu Aku dan Yuna selalu saling berbalas komentar pada postingan baru di Blog kami masing-masing. Selain komentar di Blog kami juga sering chatting dari media sosial. Aku bercerita tentang kesibukanku mengerjakan skripsi sedangkan Yuna bercerita tentang kehidupan barunya di bangku kuliah. Berkenalan dengan Yuna membawa angin segar kepada ku selama skripsi. Beberapa kali Yuna takut mengganguku saat mengetik skripsi sambil chatting dnegan nya. Namun aku jujur kepadanya bahwa dia sama sekali tidak menggangu. Justru aku yang jenuh kalau hanya terus-menerus mengerjakan skripsi tanpa teman ngobrol. Kalau sudah mulai larut malam aku menutup obrolan dengan menyuruhnya offline karena dia harus masuk kuliah pagi.

Sampai akhirnya skripsiku selesai lalu sidang dan tingal menunggu wisuda. Aku mengabarkan hal ini kepada Yuna. Dia sangat senang sepertinya lewat tulisannya dari chatting. Aku memintanya untuk datang ke wisudaku tapi dia langsung menolak dengan alasan di hari itu dia ada kegiatan di organisasi kampus. Aku pun memaklumi karena yang mengusulkan dia ikut organisasi di kampus pun aku. Padahal,aku penasaran sekali dengan wajah asli Yuna. Di Facebook nya dia memasang foto profil tokoh anime wanita. Fotonya bersama teman-temannya hanya ketika dia perpisahan SMA nya dan itu ramai sekali. Walaupun ada tag di wajahnya, mana mungkin aku bisa mengenali wajah seseorang yang kecil-kecil dan buram pula.

Setelah wisuda, aku pun kembali ke kampung dan mencoba berbisnis dari lahan Bapakku. Di kampungku agak sulit mendapatkan sinyal sehingga aku tidak bisa chatting dengan Yuna. Saat sinyal sedikit bagus aku membuka Blognya Yuna dan membaca kegiatan-kegiatannya yang rutin di postinganya. Sesekali aku masih mengomentari Blognya. Sebenarnya kalau bisa aku ingin berkomentar di setiap postingannya. Namun terkadang saat aku sudah mengirim komentar ternyata gagal karena sinyal.

***

1 tahun setengah di kampung ternyata pupuk yang aku jadikan skripsi dulu berhasil di kembangkan disini. Pupuk buatanku semakin besar permintaannya sehingga aku mengajari banyak anak muda yang hanya sampai SMA untuk membuat pupuk. Setelah banyak yang bisa, aku minta izin dengan bapak untuk kembali ke kota. Selain untuk mengembangkan sayap bisnis pupukku, aku juga rindu untuk sering berkomunikasi dnegan Yuna.

Lewat Blognya sekarang aku tau kalau Yuna sudah mulai santai kuliahnya menjelang semester 5. Dan dia juga menulis bahwa sekarang sedang libur kuliah selama 3 minggu. Aku pun mengabarinya bahwa aku sudah kembali ke kota. Dan dia dengan antusias memberitahu bahwa 3 hari lagi ada kopi darat dengan teman-teman komunitas Blogger yang kami ikuti berdua. Aku pun tanpa berpikir lagi langsung mengatakan akan datang. Ini adalah kesempatan pertama ku untuk bertemu Yuna. Lalu chatting kami berlanjut dengan banyak bercerita selama aku di kampung.

3 hari kemudian saat aku sudah bersiap-siap akan berangkat untuk kopi darat bersama teman-teman Blogger, tiba-tiba kepalaku pusing dan tak lama aku terjatuh di teras kontrakan. Pingsan. Handphone yang ku pegang tercampak dan mati. Tetangga langsung menolongku. aku pun tidak menghadiri kopi darat tanpa kabar.

Besoknya aku membuka obrolan lebih dulu saat chatting dengan Yuna. Sepertinya Yuna marah. Karena saat aku menghidupkan Handphoneku kemarin malam, aku melihat banyak pesan masuk ke handphone ku. Dari Yuna.

Benar saja, Chat ku tidak di balas sampai sore. Saat dia membalasnya katanya tadi pagi ia sibuk membantu ibunya dan tidak melihat chat dari ku. Lalu dia pun menanyakan kenapa aku tidak datang kemarin. Saat aku menjelaskan yang terjadi dia langusung menulis banyak kata maaf karena dia sudah berburuk sangka kalau aku ingkar janji. Setelah itu kami kembali hanyut dalam banyak obrolan.

Saat itu umur Yuna sudah 20 dan Aku 24.

Aku dan Yuna tetap menjalin komunikasi lewat kometar Blog dan Chatting. Obrolan kami semakin mendalam. Selain membahas kegiatan sehari-hari dan cerita soal keluarga, tiba-tiba kami masuk ke dalam topik soal pernikahan. Menurut Yuna, seorang laki-laki baru pantas menikah di atas umur 25 agar dia benar-benar sudah dewasa. Lalu Yuna bertanya pada ku kapan aku akan menikah. Dengan iseng ku tanya balik,

‘Kalau Yuna maunya kapan?’

‘Yuna ikut kata Mama Yuna saja bang. Kata Mama, Yuna baru boleh menikah kalau sudah lulus. Dan kemungkinan yang mencarikan pasangannya Mama. Yuna kan anak tunggal. Jadi kalau abang tanya Yuna maunya kapan menikah, Yuna gak tau bang. Ikut kata Mama saja.’

Aku tercengang membaca jawabannya. Dia anak tunggal. Wajar saja kalau orang tuanya akan menguasai keputusan secara penuh terhadap dirinya sampai ia menikah. Bagaimana jalannya agar aku bertemu orang tua Yuna ya? Jangan kan mau ketemu orangtua nya, jumpa anaknya saja sulit sekali. Setelah gagal bertemu di kopdar untuk pertama kalinya, pertemuan berikutnya kami tetap tidak bisa berjumpa. Saat aku datang, dia tidak datang. Saat dia datang, lagi-lagi aku yang tidak bisa datang. Seperti ada tangan gaib yang menghalangi kami untuk bertemu. Ah,aku tertular bahasa filosofisnya Yuna.

Terus begitu tanpa pernah berjumpa aku tetap berkomunikasi dengan Yuna. Sampai akhirnya Sebulan yang lalu Yuna pun wisuda dan untuk pertama kalinya Foto aslinya beserta orangtuanya di unggah di Facebook dan di masukkanya kedalam Postinganya di Blog.

***

Lalu, hari yang menyesakkan itu datang.

Saat itu aku sedang memeriksa laporan keuangan penjualan pupukku yang semakin berkembang di teras kontrakan yang di huni oleh 5 lelaki lajang seperti ku. Lalu Pak Pos datang dan menyerahkan amplop coklat berukuran sekitar 20x10cm. Tertera nama pengirimnya dari ‘Yuna Chairunnisa’. Dahiku mengernyit bingung dan segera jemari ku bergerak untuk membuka amplop coklat ini. Sebelum aku mengambil isinya sebuah sms masuk ke handphone ku. Aku lebih dulu menyambar handphone yang ternyata sms dari Yuna.

‘Abang,Yuna ada mengirim sesuatu ke rumah abang.Udah sampe gak?Alamat abang masih yang lama kan?’

Aku segera membalas,

‘Ya,sudah sampai. Ini baru mau di buka amplopnya’

Tak lama muncul lagi balasan dari Yuna

‘Sip! Harus datang ya bang! Pokoknya wajib!’

Aku jadi semakin penasaran dan langsung merogoh isi amplop. Ternyata sebuah Undangan Pernikahan dengan warna bernuansa kuning dan hijau. Tertulis 2 buah nama di depannya.

Fadlan & Yuna.

aku mengigit bibir dan serasa angin dari antartika menerpa tubuhku. Aku langung masuk ke dalam dan menaruh undangan itu di rak buku kamarku. Lalu aku terduduk di depan laptop. Aku menghidupkan Laptop dan pergi ke dapur seperti orang linglung lalu menyeduh kopi hitam dan ku bawa masuk kembali ke depan laptop yang telah sempuran menyala. Kopi ku letak di sebelah kiri. Sementara tangan kananku mencolokkan modem ke laptop. Segera ku buka jendela mozilla dan langung masuk ke halaman Blog Yuna. Secara acak ku klik postingan-postingan dia. Beberapa kolom komentar kulihat ada aku disana. Aku tak membaca lagi isi postingan itu. Aku hanya men-scroll atas bawah dan lalu kembali mengklik sembarangan postingan yang lain. Terus begitu sapai kopi ku habis.

***

“Bang,gak jadinya abang datang ke pesta itu?aku udah siap-siap ini” Eru yang sedang mengosok kemejanya mengingatkanku soal pesta hari ini.

“Apa kita harus datang?”Tanya ku pada Eru yang tidak tahu sebenarnya siapa yang mengundangku.

“Ya harus la bang, hari ini semua pada pergi. Karena abang bilang kita mau ke pesta itu aku gak beli lauk makan siang lah. Orang gak ada yang dirumah. Tinggal si galih itu masih molor di kamarnya.” Eru mengungkapkan alasan yang sangat meyakinkan untuk ukuran mahasiswa sepertinya. Mau tidak mau aku pun beranjak ke kamar mandi. Kasihan juga Eru tidak makan siang kalau kami tidak pergi.

Aku meilhatnya. Untuk pertama kalinya. Dari jauh aku langsung tau sosok Yuna. Jelas saja tau ‘kan dia yang menikah hari ini.

“Abang!” Yuna sedikit berteriak saat melihatku ketika aku mendekatinya untuk memberikan selamat.

“Selamat atas pernikahannya ya Yun. Semoga langgeng sampai tua nanti”

“Terima kasih abang. Abang juga harus segera nyusul ya bang!” Yuna lalu menoleh kepada suaminya. “Mas,kenalin ini teman Blogger ku namanya Bang Lutfi. Bang, kenalin suamiku, Mas Fadlan.” Yuna terseyum lebar saat menegnalkan ku dengan suaminya.

aku menjabat tangan Fadlan. “Jaga Istrimu baik-baik ya” pesan ku pada Fadlan. Fadlan membalas dengan mengangguk mantap meyakinkanku sambil tersenyum.

Aku tak lama di pesta itu. Setelah Eru kenyang mengisi perutnya kami segera pulang. Dan lagu Sunny milik Bunga citra lestari tiba-tiba terngiang sepanjang perjalananku kembali ke kontrakan.

“Kau tak sempat,tanyakan aku... cintakah aku padamu....”

======

#Arsip Lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau ada yang ga bagus tolong dikasi tau ya, biar penulis bisa menyempurnakan tulisannya :)
kalau ada ide lanjutan cerita juga di terima...
Makasih :D

Tags