SPEAK UP #1



“Drap,drap,drap” terdengar suara langkah yang setengah berlari sambil menaiki tangga. Cewek berkulit kuning langsat ini berhenti sejenak untuk mengelap keringatnya yang mengucur deras di dahinya. Lalu ia berlari melewati satu tingkat lagi. ia memang harus cepat, karena fanatik penyuka biru ini tahu bahwa ia sangat-sangat terlambat. Apalagi untuk ukuran ‘hari pertama seorang anak baru’ di sekolah yang di pilihkan kedua orang tuanya itu.
“ Ih…ini semua gara-gara Ayah! Udah di bilangin masuknya jam tujuh, eh…di antarin jam setengah sembilan!”. Repetan panjangnya yang di sertai tendangan sebuah tutup pulpen yang ada di koridor itu.”Klotak!”,”Adoww” pekik seseorang. Ternyata tutup pulpen itu mendarat dengan mulusnya di kepala seseorang. “Mati aku!”ujarnya dalam hati.
Lalu ia berjalan ke arah cowok berambut ikal itu.
“Eeng…maaf ya…nggak sengaja” katanya.
“Enggak apa-apa” jawab cowok itu singkat. Cowok itu segera beranjak kembali berjalan ke kembali.
“ Syukurlah, aku kira tadi kamu gegar otak” Cewek itu tersenyum dan menampakkan barisan giginya yang rapi. Cowok itu menoleh kembali kearah Casea. Ia terkejut. Sebelumnya amat jarang yang menyapanya seramah ini, padahal mereka kenalan pun belum. Ia menjadi sedikit salah tingkah.
“ Namanya siapa? Kelasnya?” Tanya Casea lebih ramah.
“Latif. Kelas 8b, baru pindah. Hm… ka…mu…?” Tanya cowok yang ternyata bernama Latif itu dengan sedikit lambat.
“Eh, kakak sudah kelas delapan ya? Kalo gitu maaf yang bang, tadi manggilnya pakai kata ‘kamu’”. kata Casea merasa bersalah. Tapi ia melanjutkan lagi.“Kalau nama saya Casea. Casea isnaini Karina. Kelas 7a”
“ ngomong-ngomong, kamu gak masuk? aku duluan ya” Cowok itu lalu melenggang pergi sambil membetulkan letak kacamatanya.
Casea tersentak menyadari sesuatu setelah kakak kelas yang bernama Latif itu mengingatkan akan dua kata. Masuk Kelas. “Masuk…?! Akukan harus masuk kelas....!” Casea langsung lari terbirit-birit ke kelasnya. 7a.



“A,.aa..assalamuala’ikum…”Dengan perlahan Casea mengucap salam keselamatan sambil membuka pintu.
“Wa’alaikum salam” Jawab mereka semua, teman-teman baru Casea dan ustadz pengajar greeting menjawab.
“Maaf ustadz, Saya telat”
“Ya udah, ndak apa-apa. Silahkan duduk” Jawab ustadz itu ramah dan dengan bahasa medok jawanya itu.
“Baik, kita lanjutkan ya perkenalannya. Nama saya ustadz Fajar. Mulai hari ini, setiap pagi kita akan membaca Asma’ul Husna dan hapalan yang akan kita hapal tiap hari. Dan setiap kelas memiliki guru greeting masing-masing. Dan kebetulan Ustadz kebagian di kelas ini” Jelas utadz Fajar.
“Tadz, kalo dapat di kelas ini bukan kebetulan namanya...tapi keberuntungan” Celetuk seorang anak perempuan.
“iya, ya, keberuntungan deh...jadi sekarang kita mau ngapain nih?”
“Ustadz,sekarang kita kenalan aja dulu!” sahut seorang anak perempuan bersuara serak-serak basah.
“Wah usul Archie ada benarnya juga ya”,Ustadz itu menyetujui usul anak yang ternyata bernama Archie itu. Lalu, ustadz itu melanjutkan lagi,“Ananda yang baru datang tadi bisa memperkenalkan diri deluan” ustadz itu terseyum dan mempersilakan Casea unuk berdiri. Dan keenam belas mata termasuk ustadz itu melihat ke arah Casea. Gadis berkulit putih berdiri. Ia memperhatikan bahwa hanya ia yang memakai jilbab yang hampir menutupi sampai sikunya. Casea gugup.
“Emm..nama saya Casea isnaini karina...”Casea diam sejenak sambil menggigit bibir.
“Panggilannya?!!” seru seorang anak laki-laki yang kelihatannya bermulut Cablak. Kelihatanya ia juga lasak. Di bajunya tertera ‘Arham Thiar’. Ooo...namanya Arham.
“Engg...Casea”kata Casea gugup.
“Lho?masa gitu aja nduk? Sebutin yang lain, ntah hobi, cita-citanya,dari sekolah mana ?" usul ustadz Fajar.
"Saya dari Annur school, Hobi saya....menggambar dan bereksperimen ria, lalu, cita-cita saya mau jadi Scientits bidang tecnology. Udah ustadz !” ujar Casea mulai ceria. Karena ia melihat anak-anak di kelas ini ramah semua. Ga’ ada yang niat makan orang sepertinya.
"Ya Casea, terima kasih ya. Kamu boleh duduk. Sekarang yang di sebelahnya Casea, ayo berdiri.” lanjut ustadz. Cewek di sebelah Casea berdiri. Saat cewek itu memperkenalkan diri, dalam hati Casea merasa lebih tenang. Ia merasa sudah memulai hari pertamanya dengan cukup baik. Walau tadi ada kesalahan sedikit. Ups!.



Bel berbunyi. Sholat dhuha.Casea bersama teman barunya yang paling dekat sama ia bergegas meninggalkan kelas sambil menenteng tas mukena mereka masing-masing. Aista namanya. Dari jakarta. Mereka berdua lalu berjalan beriringan ke belakang gedung sekolah itu. Tempat mengambil wudhu. Sangat alami tempatnya. Batu-batu persegi di susun di sepanjang jalan tempat wudhu itu. Kerannya berwarna hijau. Setiap kelang 4 keran air, terdapat tempat sabun yang berbentuk daun. Sehingga saat mengambil wudhu rasanya sangat menyegarkan. Belum lagi suasan alam yang sangat melekat menjadi ciri kahas sekolah ini.
“Casea, nanti kita ke menjelajahi sekolah ini yuk!” kata Aista setelah mereka mengambil wudhu.
“Boleh, maunya kemana dulu?”
“Terserah mu saja Cas.”
“Kalo’ aku sih maunya ke perpustakaan.”
“Kayaknya asyik tuh, boleh juga. Why not?,” dengan gaya sok manisnya itu Aista memperaktekkan bahasa inggris yang harus di biasakan dalam sekolah tiga bahasa ini. Inggris, Arab, Indonesia.
“Ok deh! Eh, itu udah mau sholat. Come on guys.” seru Casea memperingatkan. Dan mereka segera berjalan lebih cepat jika tidak mau masbuk.
Namun tanpa mereka sadari ada sesosok mata empat yang memperhatikan mereka sedari tadi. Ia berdiri karena sholat Dhuha sudah mau di mulai.
“Pipinya yang memerah, manis sekali,” gumamnya.



“Casea!!”Seru Archie sambil berlari medekati Casea dan Aista. Dua sejoli itu memandang ke arah asal suara. Belum sempat mereka buka suara Archie sudah buka mulut.
“Kamu Casea kan dan kamu...aduh..aku belum hapal nih,nama-nama kalian”Archie tampak bingung memulai perkenalan.
“Sudalah...it’s okay guys....gue,eh aku Aista!dari jakarta” Aista gelagapan menyesuaikan logatnya.
“Aku maklum kok, gak masalah pake gue elo di sini...aku Archie, SDnya di sini” Archie mengenalkan diri.
“Kok ga pindah? Ga’ bosen di sekolah yang sama?”Tanya Aista. Casea yang dari tadi terpelongo kayak kura-kura bengong, akhirnya ikut menimpali.
“Iya, kalo di situ-situ aja tempatnya, bisa-bisa karatan lagi”,sindir Casea. Melihat muka Archie asem-asem jeruk, Casea menambahi. “Eeh..jangan marah...just kidding friend!Ampun...” Casea pasang tampang memelas.
“Hahaha...kamu lucu deh. Gak kok,aku gak marah” balas Archie. Tiba-tiba Aista memotong pembicaraan.
“Ooo ceritanya aku ga lucu neh?” Kata Aista dengan muka sedikit sebal.
“Kamu juga lucu kok Ta” Puji Archie dengan wajah bersungguh-sungguh.”Kayak badut ancol!!”Lanjutnya.
“HUWAHAHAHAHAHA”Archie dan Casea tertawa bersamaan. Semakin kecutlah wajah blasteran belanda-indonesianya Aista.
“Udah, gak usah di bawa ke hati...ke perut aja!yuk ke ruang makan. Ngambil snack!” kata Casea ceria sambil merangkul kedua leher temannya itu. Aista terseyum riang.
“Oksy!yuk,ntar kita ga kebagian snack!” Aista menambahi.



“Yaah...ga’ jadi deh ke perpustakaannya. Udah bel nih”Casea kelihatan kecewa. Ia duduk di bangkunya sambil mencoret-coret nggak jelas.
“ Ini kan salah kamunya juga Cas, makannya lammaaa…banget kan waktunya jadi habis deh” tutur Aista
“He’eh, iya juga sih” Casea tertawa kecil.
“bukan iya juga Cas, tapi iya pasti”.
“Iay deh, iya Pasti…salah aku…” karena sebal Casea menggelembungkan pipinya, menatap Aista. Aista menahan tawa melihatnya.
“ Jangan kecewa,sehabis sholat zuhur ada istirahat lagi kok” hibur Aista sambil melihat tabel kegiatan sehari-hari yang di berikan ke semua para siswa dari kantong bajunya.
“Oh,ya? Asyik dong! Eh, kamu dapat dari mana tabel itu? Kok, aku gak punya?”tanya Casea keheranan.
“Kamukan datangnya telat. Tabel ini di kasih saat selesai upacara tadi pagi”terangnya.
“ Hehehehe...itu mah sudah dari sono-nya. Dari SD aku memang sering telat...” Casea nyengir kuda.
“ Please deh Casea....ToMingSe deh!.” Ujar Aista.
“Ha? Tomingse? Itu kan artis cowok dari korea kan? Masa’ sih aku mirip dia? Aku kan cewek?.” Casea terlihat kebingungan menanggapi ucapan si mata coklat satu ini.
“Hello…mellow…yellow….,” Aista mengibas-ngibaskan tangannya di depan Casea. Dan melanjutkan, “Bukan Tomingse yang itu!tapi yang ini artinya ‘TOlong MINGkem SEdikit’! ke GR-an banget sih, jadi orang!”
“GR itu wajib! Ga’ GR? Ga’ hidup….” Casea dengan Pe-De nya berkata seperti itu.
“Ya amplop....lama-lama dekat kamu, bisa-bisa aku bisa mati ketawa nih!hahahahaha.....” mendengar itu, Casea semakin tertawa terkikik-kikik. Sampai-sampai ia tidak sadar bahwa gurunya sudah masuk sedari tadi. Aista langsung membekap mulutnya sendiri. Melihat tatapan tajam yang di berikan sang guru kepada Casea, Aista mencolek lengan Casea. Tidak mempan. Memukul lengan. Ga’ ngaruh. Mencubit. Ga’ mempan juga. Hingga akhirnya....
“PRAK!” pukulan telak untuk meja Casea. “Hiik...!”Casea tersentak. Dan menatap guru yang memegang kemoceng itu.
“ Eh, Ibu...” Casea dengan tampang memelas. Seperti mengisyaratkan ‘please bu...jangan hukum saya…’. Melihat itu, sepertinya guru yang baru dikenal Casea itu memahami maksud Casea.
“Hmm…dengan penuh pertimbangan, dan karena kamu masih sangat tergolong murid baru....,” ucapan Ibu itu terpotong sebentar. Namun, kalimat awal itu, sangat memberikan harapan besar kepada Casea. Ibu berwajah killer itu melanjukan, “Kamu berdiri di atas kursi kamu. Agar kamu mengerti betapa disiplinnya peraturan di sekolah ini. Dan mengajarkan kamu agar lebih hormat kepada guru kamu. Jadi, kamu jangan ngedumel di dalam hati. Maka, bersyukurlah kamu ibu memberikan hukuman terbaik ini untuk kamu.” Cerocos Ibu itu panjang kali lebar tambah tinggi bagi lima pangkat dua. Akhirnya, pupuslah harapan Casea. Ia beranjak menaiki kursinya. Dalam hati ia menandai ibu guru satu ini, “ Ok Casea, jangan pernah terbuai lagi dengan ucapan manis ibu ini,” ucapnya dalam hati.
Ibu ini mulai memperkenalkan dirinya.
"Anak-anakku sekalian, mulai hari ini ibu akan menjadi guru bidang study kimia," Casea tersentak sekali lagi mendengar pelajaran yang akan di ajarkan ibu ini,
"Hiik..., ampun deh. Pelajaran favoritku ternyata yang akan diajarkan beliau..." bibir cewek ini berdecak-decak kecil. Kesal.
Beliau melanjutkan lagi, " Dan nama ibu, ibu Ayu Salisthagihtahawati artatisa. Tolong diingat baik-baik ya anak-anak...." ibu Ayu tersenyum lebar dan mulai menuliskan judul materi pertamanya. Sementara murid-murid kelas 7ª terpelongo. Hening.
“ Engg....maaf Ibu Ayu...saya boleh duduk?kan mau nyatat pelajaran...” tanya Casea atau tepatnya mencari alasan agar duduk. Ia memecah keheningan yang sempat berjalan beberapa menit. Secepat kilat ibu itu menyambar tatapan mata Casea.
“Duduk!.” Dan Ibu itu berbalik dan melanjutkan catatannya. Casea duduk sambil mengelus dada. “ Alhamdulillah....” gumamnya.



Terdengar zikir bersahut-sahutan dari arah mushola sekolah. Mushola ini berbeda dari mushola-mushoal lainnya. Mushola ini lebar dan tidak memiliki dinding. Yang ada hanya pagar pembatas setinggi lutut orang dewasa. Jadi, angin sepoi-sepoi dapat melewati orang-orang di dalamnya dengan leluasa. Anak perempuan kelas 7ª yang sudah mulai kompak, datang bergerombol ke mushola. Setelah mengambil wudhu pastinya.
Casea mulai mengenakan mukenanya. Ia memperhatikan teman-temannya yang sangat ricuh. Casea sudah mulai dapat mengingat nama teman-temannya. Ada Archie,yang tadi mengajaknya ngobrol, Uthie yang kecil dan pendiam, Sally sepupunya Archie, Keke yang paling ceriwis dan mudah tertawa, Hyka, Fauziah, Zyra, dan sohibnya sendiri, Aista. Sedangkan yang laki-laki ia baru ingat Arham, Hyga kembaran Hyka, Fikri dan Dirka. Sedangkan empat orang lagi, ia belum terlalu mengenalnya. Tak disangka dan tak diduga, Tau-tau saja Keke sudah bertengger di sebelah Casea.
“Meratiin siapa Cas?,”kata Keke sok tau, “Serius banget kelihatannya?.”
“Aah…nggak kok, Ke. Aku cuma lagi mengingat-ingat nama kalian satu-satu.”jawab Casea dengan polosnya.
“Kirain meratiin cowok, kan bisa buat gosip nih…” pikiran usil Keke mulai kumat. Casea hanya tersenyum kecil menaggapi perkataan Keke. Apa yang dibilang Keke ada benarnya juga. Selain memperhatikan teman-teman barunya, Casea celingak-celinguk mencari seseorang. Tapi, sesosok yang di maksudnya nggak terlihat juga. Casea hanya mengira bahwa cowok itu belum datang ke mushola.
“Stand up and don’t be noisy, semuanya sholat sunnah qobliyah.” Ustadz Mukhyan mengingatkan. Casea berdiri. Saat itu ia merasakan ada yang memperhatikannya sedari tadi. Namun, saat ia menoleh ke arah nalurinya berkata, terlihat sekali sepasang mata itu langsung membuang muka ke arah lain.
“Siapa dia?” Casea bertanya dalam hati. Bingung.



Sekolah swata full day school Badrun Aini menyudahi aktifitas pembelajarannya setelah melaksanakan sholat Ashar berjamaah. Sambil menunggu ayahnya tersayang, Casea duduk dengan santai di ayunan (yang seharusnya untuk anak SD) sambil memegang sebuah buku novel remaja di tangannya. Seseorang yang menuju ke arahnya dari belakang.
“Hai, Casea,kan?” tanya cowok itu ramah.
“Eem.” Casea menjawab tanpa menoleh ke arah yang ngajakin dia ngobrol. Ia masih fokus dengan buku di tangannya.
“Sombong amat sih...? Setidaknya lihat dulu siapa yang ngomong kenapa?” tanya cowok itu sambil duduk di ayunan sebelah Casea. Casea menoleh sejenak maenatap sang penyapa, lalu kembali matanya yang hitam legam mengarah ke buku itu. Sepertinya cowok itu gemes dengan tingkah laku Casea yang tidak memperhatikanya. Matanya lalu berputar jenaka mencari akal.
“Buku apaan sih? Seru amat?” katanya sambil mengambil buku itu saat Casea lengah.
“Aih,aih...rusuh amat sih? Kalau mau baca, nggak bisa bilang pinjam gitu?” raut wajahnya terlihat kesal. Tapi Casea tidak berusaha merebut bukunya kembali. Ia tau, jika ia tambah kesal dan mengejar-ngejar, cowok itu pasti semakin tertawa kegirangan. Casea memilih mengambil buku satu lagi dari tasnya.
“ Kok nggak ngambil? Nggak mau buku ini lagi ya?” Cowok itu berusaha menarik perhatian Casea.
“Males, Capek. Hanya orang bodoh yang melakukan hal-hal yang sia-sia.” Jawab Casea tenang. Padahal, di dalam hatinya ia mendongkol banget. “ Nie cowok sok kenal banget sih?” ucapnya dalam hati.
“Waw…dalem banget kata-katanya. Nih…aku balikin bukunya, nanti nangis pula kamu!” Sindir cowok yang belum mengenalkan dirinya dari tadi dan mengulurkan novelnya Casea. Cewek berlesung pipit itu segera merampasnya.
“Namaku Arham.” Cowok yang bernama Arham itu tersenyum. Casea membalas tersenyum sampai menampakkan lesung pipitnya di sebelah kiri.
“Udah tau kok. Kamu yang tadi nyeletuk pas aku ngenalin diri, kan?” Casea sok tau. Sebenarnya ia kurang ingat kalau cowok itu tadi tidak mengenalkan dirinya.
“Hahaha….ternyata kamu ingat!” Arham tertawa.
“Kalau aku ingat sama kamu, apa itu lucu?ngapain ketawa?” Tanya Casea sok jutek.
“Emm… lucu lah! Selucu yang ngomong!” kata Arham dengan PD-nya. Casea tertawa kecil. Lalu Arham melanjutkan obrolan yang tak mau ia sia-siakan itu dengan mengeluarkan jurus-jurus leluconnya yang terlucu, yang mampu membuat Casea tertawa terbahak-bahak. Tanpa diketahui, saat mereka berdua tertawa bersama, Sepasang mata menatap lekat-lekat kedua remaja yang sedang bercengkrama riang itu.
“Apa aku bias berada di posisi itu?”gumam si pemilik mata menghela nafasnya. Kecewa. Lalu melepaskan pandangannya dari kedua remaja itu dan melangkah pergi.
Lagi-lagi Casea menyadari kalau ada yang memperhatikannya. Ia menoleh. Namun ia tak dapat menemukan apa yang ia cari.
“Ada apa?” tanya Arham.
“Enggak ada apa-apa kok. Eh,sampai mana tadi?” kata Casea mengalihkan pembicaraan. Arham melanjutkan leluconnya lagi, namun matanya sudah tidak fokus ke arah Casea. Tetapi Arham memperhatikan apa yang sedang di cari Casea.
“Siapa sih yang kamu cari?”tanya Arham penasaran. Casea sambil tersenyum menaggapi perkataan Arham, “Gak kok, gak penting.”tapi Casea menoleh lagi kearah yang sama dan bertanya pada dirinya sendiri.“Siapa ya, dia?” . Sedang kan Arham menggerutu dalam hatinya, “Apa-apaan sih Cowok tadi?” Arham amat terganggu.






(to be continued)

1 komentar:

  1. wowww ,,,
    bgus ,,,join in my site jga ya di
    www.dewimicdit.blogspot.com

    BalasHapus

Kalau ada yang ga bagus tolong dikasi tau ya, biar penulis bisa menyempurnakan tulisannya :)
kalau ada ide lanjutan cerita juga di terima...
Makasih :D

Tags