INI BAGAIMANA TUHAN MENJAWAB KU

Depa demi depa ku lalui
Tersandung, terjatuh
dan terluka
sudah

Waktu demi waktu berlalu
Terlambat, terlalu cepat
dan menunggu
terasa

Tapi masa lalu takkan berganti
Masa depan juga belum pasti
aku terlalau berhati-hati
dalam meraih asa dalam mimpi

mencari-cari jawaban dalam semu
Di ruang waktu saat gemerlap meredup
Di saat suara menjadi senyap
Dalam airmata, dalam sujud terdalam

Bulan, kemarin memberiku jawaban.

Pencarian Jati Diri

Saat aku menulis ini, matahari sudah mulai terasa menusuk pori-pori. Belum siang memang, tapi kata emak-emak jaman dulu sebelum gadget menyerang pasti akan berkata "Bangun nak, sudah siang."

Entah kapan terakhir kali aku bangun kesiangan. Memulai pagi dari dini hari - sebelum sang jago berkokok-, meminta ampun dan menangis. tapi kebingungan ini masih meliputi ku.

Aku masih terus merasa gundah akan waktu yang terus berjalan. Tahun ini, istilah kerennya aku akan berkepala dua. Walau dalam penanggalan bulan umur ku 1 Rajab ini sudah 21. 

Aku, siapa?

Aku semakin bingung dan linglung, apalagi sejak saudara tempatku mengeluh dan menjadi pelampiasan ku harus berpisah. Sementara, selama ini aku hanya melihat saudaraku seorang. Saat dia pergi, aku kebingungan. 

Aku, siapa?

Tangisan-tangisan malam belum juga mendapat jawaban pasti, meski proses ini aku tau tak bisa instan, tapi tetap saja aku merasa butuh sandaran hanya sekadar untuk bercerita. Rabbi, aku yakin mendengarkan segala gundah ku. Tapi, aku yang tak peka mendengar jawabannya.

Aku semakin takut untuk tidur. Takut akan sia-sianya waktu dalam pencarian jati diriku. Tapi, walau waktu tidurku semakin singkat, tak ada pekerjaan yang dapat ku selesaikan. Malam-malamku hanya menangis pada-Nya. Lalu di lanjutkan dengan entah apa yang ku kerjakan bahkan aku tak tahu apa yang bisa ku kerjakan dalam kondisi seperti ini.

Menurutku isitlah Men sana in corpore sano adalah salah untuk diriku. Entahlah untuk orang lain. "Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat"? Huh! Sampai di tinggal saudariku terakhir aku sehat bugar. Lalu, entahlah apa yang terjadi. Aku sakit dan terus berlajut sampai sekarang. aku tak mengeluhkan sakitku karena yang ku percayai sakit akan mengangkat dosa kita. Aku tetap menjalani aktivitas ku seperti biasa.

Aku, siapa?

Sebelumnya aku selalu berhati-hati ketika melakukan pengerjaan di laboratorium. Namun sudah seminggu ini aku terus-terusan melakukan kesalahan. Memecahkan alat praktikum hingga menumpahkan larutan. 

Badan ku rasanya babak belur. lebam-lebam. Karena pecah konsentrasi aku nyaris mencelakakan teman-temanku. Esoknya, aku kembali 'terbang' bebas dan sukses membuat rusak permanen pada kendaraan ku.

Aku, siapa?

Salah seorang teman ku berkata "Kau hanya tak bisa mengeskpresikan perasaanmu dengan jelas dan jujur pada orang yang belum kau percayai. Bahkan sahabatmu sendiri belum kau anggap sahabat. sampai sekarang kau masih lebih percaya pada saudarimu bahkan di banding orangtua mu. 
Kau harus sembuh. Cobalah mencari seseorang yang lain. Coba percayaiku kalau kau tidak keberatan"

Aku, siapa?

Tak ada yang tau. bahkan aku sendiri. Kemana arahku, kemana langkahku. Aku harap, ini minggu terakhir aku lepas dari penyakit psikis ini.

Tags